Jakarta - Kuala Lumpur - Istanbul

Setelah sekian purnama tak menyentuh blog, akhirnya kucoba untuk menulis lagi. Cerita 2 tahun lalu yang coba kuteruskan walaupun mungkin sudah banyak lupa. Gambarlah yang dapat membawaku kembali mengingat kenangan itu......eeaaaa dan kucoba rangkai lagi.


07 - 08 Februari 2018

Jam 06.30, ku langkahkan kaki pergi meninggalkan rumah menuju bandara Soetta. Tujuan perjalanan kali ini adalah Turki dengan penerbangan transit di Kuala Lumpur. Tiket Kuala Lumpur - Istanbul pp, kami dapatkan dengan harga sekitar 5,6 juta yang kami beli pada saat promo Qatar airways di bulan Agustus. Sedangkan jika membeli penerbangan langsung Jakarta - Istanbul pp harganya sekitar 7,6 juta, selisih yg cukup lumayan bagi kami yang jalan-jalan bermodalkan tiket promo☺. Tiket Jakarta - Kuala Lumpur pp, kami beli beberapa bulan kemudian ketika harga cukup murah yaitu sekitar 1 juta dengan menggunakan Malindo Airline, itu pun belinya tidak langsung pp.

Kami akan transit beberapa jam di KL karena penerbangan menuju Istanbul sekitar jam 01.05 hari berikutnya. Untuk dapat beristirahat, kami pun memesan hotel yang harganya cukup murah yaitu Bary Inn, lokasi yang cukup dekat dengan bandara dan tersedia shuttle gratis dari penginapan. Shuttle gratis ini memiliki jadwal yang ontime berdasarkan pengalaman kami walaupun awalnya kami sempat bingung dengan keberadaan shuttle ini. Saat kami tiba di titik penjemputan, tidak terlihat sama sekali mobil jemputan dengan tulisan Bary Inn. Kami pun sempat tanya beberapa orang yang berada di sekitar lokasi, awalnya kami tidak mendapatkan jawaban yang memastikan sampai akhirnya kami mendapatkan jawaban, silahkan tunggu saja nanti mobil akan datang. Akhirnya kami pun menunggu dengan perasaan harap-harap cemas dan ketika kami melihat sebuah mobil putih bertuliskan Bary Inn tiba secara spontan pun aku berteriak, "mobilnya sdh datang". Mobil putih itu pun hanya berisikan kami berlima, alhamdulillah koper kami yang besar-besar sudah tentu memenuhi mobil.

Jam di hp sudah menunjukkan sekitar jam 21.00, kami pun bersiap-siap untuk check out. Alhamdulillah walaupun hanya beberapa jam, aku sempat tertidur pulas. Sekitar jam 22.00 waktu KL kami pun menuju Bandara Kuala Lumpur, check in dan akhirnya kami pun terbang menuju istanbul dengan transit di Doha.









Sekitar jam 12.00 kami pun tiba di bandara Sabiha Gokcen (saw). Keluar imigrasi Istanbul, aku pun langsung mencari atm untuk tarik tunai lira. Mata uang asing yang kubawa hanya Euro karena jika tukar ke lira di Jakarta kursnya sangat kurang bagus. Keluar dari bandara, kami berjalan ke arah seberang menuju halte Havabus dan mencari Havabus jurusan Taksim. Untuk tarif bis akan diminta di dalam bis oleh kondektur. Untuk tarif dan jurusan Havabus bisa cek di link berikut Havabus.



Setelah bis berjalan sekitar 2 jam, kami pun sampai di Taksim. Berjalan santai sambil menatap lokasi hotel di Google map  mencari penginapan yang telah dipesan melalui booking.com. Sebelum berjalan terlalu jauh, kami sempatkan bertanya pada warga lokal arah penginapan yang kami tuju. Google map telah menunjukkan lokasi penginapan yang sudah sangat dekat namun kami belum menemukannya. Mencoba bertanya kembali ke warga lokal tapi arah yang dituju semakin jauh dari titik Google map dan rintik hujan mulai membasahi pakaian kami. Di antara lelah dan bingung, kami mencoba bertanya kembali ke seorang bapak yang sedang berjalan dan alhamdulillah, beliau bisa menunjukkan letak penginapan dengan tepat. Ternyata penginapan tersebut telah kami lewati 😔. Di depan penginapan tersebut tidak terdapat plank namanya yaiu Taksim Santa Lucia Hotel.


 Taksim 






Penginapan kami kecil tapi cukup nyaman dan ada liftnya walau hanya cukup 3 orang +  koper besar, lokasi sudah bagus ada di area Taksim, hanya lokasi penginapan yang agak menurun jadi begitu berasa ketika akan memulai trip hehehe. Sore itu, kami lanjutkan perjalanan menuju Blue Mosque yang terletak di Sultan Ahmet dengan menggunakan tram/train yang dimulai dari stasiun Taksim. Dari Stasiun Taksim naik train menuju stasiun Kabatas, jalur ini dikenal dengan funicular line (F1), jalur sangat pendek. Dari stasiun Kabatas naik tram menuju Sultan Ahmet, perjalanan ini sekitar 20 menit melewati 7 pemberhentian.

Stasiun Taksim



 Di dalam Funicular

Latar belakang Masjid sultan Ahmet atau masjid Biru



 Interior bagian atas atau atap Masjid Biru/Blue mosque



Blue Mosque di malam hari




KENANGAN PULAU KOMODO & PANTAI PINK

Cerita sebelumnya Sulitnya Melupakan Pulau Padar

Sungguh kesibukan dunia kerja membuatku tidak bisa meluangkan waktu untuk mengisi kembali blogku atau aku yang tidak bisa mengatur waktu ya.....hehehe. Tulisan kali ini masih nyambung kisah trip ku di Labuan Bajo di bulan April 2017 yang belum tuntas. Sekitar awal Agustus 2018, kabar buruk menimpa tempat wisata di Labuan Bajo yaitu terbakarnya Gili Lawa Darat sehingga Gili Lawa Darat berwarna hitam tidak lagi coklat atau hijau. Mudah-mudahan setelah musim hujan datang, Gili Lawa Darat dapat terlihat cantik kembali dan ini merupakan sebuah pelajaran yang mahal untuk kami para penikmat alam untuk selalu memperhatikan hal-hal yang boleh dan tidak boleh dilakukan di suatu tempat wisata.

Dari Pulau Padar perjalanan dilanjutkan ke Pulau Komodo (loh Liang) untuk melihat sang Komodo lebih dekat di habitatnya. Kami pun tiba di dermaga Pulau Loh Liang dan menyempatkan untuk berfoto-foto sejenak. Sebelum kami melanjutkan perjalanan memasuki hutan di Pulau Loh Liang, kami dibriefing terlebih dahulu oleh sang pemandu mengenai berapa jarak yang akan kita tempuh, apa yang tidak boleh dilakukan. Ada sebuah mitos yang sempat kami dengar sebelum kami tiba di Pulau Komodo yaitu bagi wanita yang sedang haid tidak diperbolehkan untuk ikut tapi setelah kami tanyakan itu hanya suatu mitos dan selama peserta mengikuti hal-hal yang boleh dan tidak boleh dilakukan dan ditemani oleh sang pemandu, insyaa Allah aman.

Briefing pun selesai, kami dipersilahkan untuk ke toilet terlebih dahulu bagi yang ingin buang hajat karena di dalam hutan tidak ada toilet. Ketika kami akan menuju toilet, kami melihat anak komodo sedang berjalan-jalan.....huaaaa....langsung dong hati ini jiper....jiaahhh baru di sini udah ada komodo walau masih kecil. Tapi sang pemandu berkata, "tenang aja, dijamin aman" dan perlahan kami pun berjalan menuju ke toilet dan berdoa semoga itu anak komodonya gak pingin ke toilet juga..hehehe. Ada 3 rute yang disediakan oleh pengelola untuk bisa melihat komodo tapi berdasarkan info sang pemandu cukup mengambil jarak terpendek dijamin sudah akan melihat komodo yang ukurannya besar.






















Sebelum kami meninggalkan Pulau Loh Liang, sejenak kami menikmati kelapa muda dan beberapa gorengan di sekitar warung yang berada di pinggir pantai. Harga sebutir kelapa muda saat itu 15000 rupiah. Kami pun kembali ke kapal yang akan membawa kami ke destinasi berikutnya yaitu salah satu pantai yang berpasir pink yaitu Pantai Namo. Ini adalah pantai pink kedua yang pernah aku kunjungi, yang pertama adalah pantai pink Lombok. Warna pink di pantai Namo terlihat begitu pink walaupun kami datang sudah agak sore.












Akhirnya tiba waktunya kami untuk menikmati sunset, kapal kami pun meluncur menuju Pulau Kalong. Kami menikmati sunset dari atas kapal, bersamaan dengan sunset akan muncul ribuan kelelawar yang akan mulai beraktifitas.






Senja pun perlahan menghilang berganti dengan gelap, kapal kami pun menuju Desa Komodo yang terletak di sebuah pulau, di Desa inilah kami menginap selama 2 malam di salah satu rumah warga.

SULITNYA MELUPAKAN PULAU PADAR

Cerita Sebelumnya Pesona Pulau Kanawa dan Gili Lawa Darat

Hari ketiga tepatnya tanggal 15 April 2017, tujuan pagi ini adalah Pulau Padar. Pagi ini kami harus bangun pagi-pagi sekali karena setelah shalat subuh, kami akan langsung berangkat menuju Pulau Padar. Langit pun masih gelap ketika perahu kami mulai meninggalkan dermaga Desa Komodo. Dalam perjalanan ke Pulau Padar kami pun menikmati indahnya matahari yang mulai terbit memancarkan semburat cahaya. Seingatku perjalanan dari Desa Komodo ke Pulau Padar kurang lebih sekitar 1,5 jam. 





Pulau Padar merupakan pulau ketiga terbesar di kawasan Taman Nasional Komodo setelah Pulau Rinca dan Pulau Komodo. Letak Pulau Padar berada di antara Pulau Komodo dan Pulau Rinca namun secara jarak lebih mendekati ke Pulau Rinca. Sekitar jam 07.00 kami pun tiba di Pulau Padar, matahari bersinar sangat cerah. Untuk menikmati keindahan Pulau Padar maka kami harus trekking ke atas pulau sekitar 45 menit. Perlahan kami mulai melangkahkan kaki menaiki bukit, jalan setapak yang berpasir dan terkadang sedikit terjal, cukup membuat kami harus sering beristirahat ditambah sinar matahari pagi yang mulai terik. Menurut kami, trekking di Pulau Padar lebih sulit dibandingkan trekking di Kawah Ijen karena memang medan yang dilalui berbeda. Untuk mencapai Kawah Ijen, jalan yang dilalui walaupun sedikit berpasir tapi tidak terjal hanya jarak tempuhnya memang membutuhkan waktu sekitar kurang lebih 2 jam dan ini dilakukan di malam hari. 

Ada pendapat yang mengatakan, untuk mendapatkan sesuatu yang indah diperlukan perjuangan yang berat. Pendapat ini sangat tepat ketika anda tiba di atas Pulau Padar. Semua kelelahan tersebut terbayar tunai dengan keindahan alam yang luar biasa. Inilah sedikit surga yang jatuh ke bumi, yang harus dipelihara agar dapat dinikmati oleh anak cucu keturunan kita. Perlahan tapi pasti akhirnya kami berduabelas bisa tiba satu persatu di spot Pulau Padar. Walaupun jalur trekking ke atas bukit padar cukup terjal namun jalur ini masih tergolong aman, gunakanlah sepatu khusus mendaki, jika tidak ada, setidaknya jangan gunakan sandal atau sepatu yang licin jika digunakan untuk trekking di jalur yang agak berpasir.


Dalam perjalanan trekking, tidak sedikit kami temui ibu-ibu atau bapak-bapak yang usianya jauh lebih tua dari kami. Kami yakin sebelum mereka sampai di sini, mereka belum tahu jalur trekking yang akan dilalui seperti halnya kami yang benar-benar tidak menyangka jalur trekking yang berat ini. Memang Kawasan Taman Nasional Komodo ini sedang nge-hit terutama di kalangan anak muda.