KEINDAHAN PANTAI PINK DAN TANJUNG RINGGIT

Yeaaahhhh tahun ini tanpa direncana sedikit pun aku kembali menginjakkan kaki di Pulau Lombok tapi trip kali ini bersama dengan 4 teman kantor dan teman-teman baru dari Komunitas Jalan-Jalan Indonesia (KJJI). Trip ini merupakan acara gathering Komunitas Jalan-Jalan Indonesia yang ke IX. Ini berawal ketika di suatu siang aku membuka facebook dari hp androidku dan kulihat di fanpage KJJI akan mengadakan acara gatheringnya hanya dengan dana Rp.500.000 selama 3 hari 2 malam, tidak termasuk makan pagi dan makan malam dengan meeting point Bandara International Lombok. Kemudian kutunjukkan acara ini ke beberapa teman-teman kantor dan mereka langsung berminat. Sebelum kami mendaftarkan diri, kami melihat harga tiket pesawat dari Jakarta - Lombok pp. Ini penting untuk menghitung keseluruhan biaya yang harus dikeluarkan dalam trip ini mengingat harga tiket pesawat yang cukup mahal. Malam harinya, kami pun sepakat untuk membeli tiket Jakarta - Lombok, komunikasi kami lakukan di group WA dan akhirnya kami membeli tiket GA Lombok - Jakarta dengan promo cicilan 0% selama 6 bulan........yipppiii gak sia-sia malem-malem cek harga tiket. Sedangkan untuk tiket keberangkatan Jakarta - Lombok belum kami beli karena berharap akan ada promo 0% lagi hehehehe. Setelah pegang tiket Lombok - Jakarta keesokan paginya aku langsung mendaftarkan diri ke admin KJJI. Alhamdulillah masih tersisa 10 seat dari target peserta sebanyak 30 orang dan tidak sampai 24 jam trip ini sudah full peserta.

Trip ini berlangsung dari tanggal 16 - 18 oktober 2015. Mengingat ongkos ke Lombok ini yang cukup mahal maka aku bersama 2 orang temanku berencana untuk datang 1 hari lebih awal di Lombok. Hari H pun tiba, kami bertiga berangkat lebih awal dan tiba di Pulau Lombok malam hari.Untuk trip 1 hari ini aku telah menyewa mobil dengan harga Rp.600.000 selama 10 jam dengan tujuan Pantai Pink dan Tanjung Ringgit melalui jalur darat. Harga ini lebih mahal karena jalan yang akan dilalui menuju Pantai Pink rusak. Untuk menuju Pantai Pink bisa melalui jalur laut yaitu dengan menaiki perahu nelayan dari Tanjung Luar. Namun biaya yang dikeluarkan jauh lebih mahal. Jam 06.30 pagi kami dijemput dan melanjutkan perjalanan ke Lombok Timur.


 

Perjalanan dari BIL ke Pantai Pink kurang lebih sekitar 2,5 jam. Selama perjalanan menuju Pantai Pink aku menunggu jalanannya yang dikatakan rusak parah. Dalam pikiranku yang terbayang jalanan yang rusak tersebut seperti perjalananku menuju Pantai Kondang Merak - Malang tapi alhamdulillah jalan menuju Pantai Pink tidak serusak seperti dalam pikiranku. Warna pink yang menghiasi pantai ini disebabkan karena pecahan karang yang terbawa ke daratan. Awalnya nama pantai ini adalah Pantai Tangsi namun kini lebih terkenal dengan nama Pantai Pink. Sesampainya di Pantai Tangsi / Pink, kami pun langsung naik ke bukit untuk menikmati keindahan pantai dari atas bukit.




















Selain kami menikmati keindahan Pantai Pink dari atas bukit, kami pun mencoba untuk snorkeling ke pulau-pulau sekitar Pantai Pink dengan menyewa perahu beserta 3 perlengkapan snorkeling dengan harga 350.000 rupiah. Tujuan pertama adalah Pulau Pink 2, pasir pantai pink 2 terlihat lebih berwarna pink dibandingkan Pantai Pink 1 dan butiran pasirnya yang begitu halus serta beningnya air laut. Aaaaahhhhh.......gak nahan lihat airnya, begitu mendekati pantai langsung kami turun, narsis di pantai, berenang. Sumpah......udah seperti di kolam pribadi dengan pemandangan yg indah bingiiiit.








 
 

 
 
Dari Pantai Pink 2, kami melanjutkan ke tujuan berikutnya, entah itu gili petelu atau bukan tapi ketika kami snorkeling di sana arus bawah lautnya begitu kencang sehingga kami tidak berlama-lama di dalam air. Akhirnya kami pun kembali ke Pantai Pink. Fasilitas tempat mandi untuk membersihkan diri di Pantai Pink sangat tidak memadai, hanya sebuah tempat yang dikelilingi terpal tanpa pintu dan atap serta air bersih pun seadanya, entah darimana pemilik warung tersebut mendapatkan air. Dengan keadaan ini tentu saja kami saling bergantian menjaga teman kami yang sedang mengganti pakaian. Ada kejadian yang menyebalkan saat kami bergantian membersihkan diri, tiba diriku untuk menjaga dan 1 temanku mengganti pakaian tiba-tiba datang seekor anjing yang mendekatiku, tentu saja aku menyingkir sambil teriak-teriak ke temanku bahwa ada anjing yang sepertinya akan masuk ke tempat ganti. Tentu saja temanku langsung panik, untung ibu pemilik warung langsung menghampiriku dan mengusir anjing itu dan menjaga temanku yang masih mengganti pakaiannya.

Dari Pantai Pink kami melanjutkan perjalanan menuju Tanjung Ringgit yang terletak tidak jauh dari Pantai Pink. Pemandangan di Tanjung Ringgit begitu indah, menyajikan tebing-tebing eksotis yang berbatasan langsung dengan laut lepas Samudera Hindia. Di Tanjung Ringgit ini pun aku melihat sebuah meriam zaman peperangan, entah ini peninggalan Jepang atau Belanda.









Puas di Tanjung Ringgit, kami pun melanjutkan perjalanan ke Pantai Cemara. Kira-kira perjalanan sekitar 40 menit dari Tanjung Ringgit.





 

Waktu sudah semakin sore dan kami pun harus segera kembali ke penginapan karena batas penyewaan mobil hanya 10 jam dan selebihnya kami dikenakan overtime. Kami bertiga pun tiba di penginapan yaitu hotel cendrawasih yang terletak di kota Mataram. Malam harinya, aku pun langsung mengajak kedua temanku untuk makan ayam taliwang di warung tenda "Ini baru Taliwang" yang terletak di seberang Hotel Ratih dan hanya beberapa meter dari Hotel Cendrawasih. Rasa ayam taliwang di "Ini baru Taliwang" memang maknyuss, bumbunya sangat meresap, ini juga salah satu alasan yang menyebabkan aku ingin datang lagi ke Lombok. 



Artikel menarik lainnya

NIKMATNYA IBADAH UMROH

Setelah 4 hari 3 malam di Madinah, kami pun mulai perjalanan ke Mekah dan langsung melaksanakan umroh pertama. Sebelum berangkat, kami dianjurkan untuk melakukan mandi sebagaimana mandi junub sebelum menggunakan pakaian ihram. Pakaian ihram bagi laki-laki berupa 2 lembar kain yang tidak berjahit yang berfungsi sebagai sarung dan penutup pundak. Untuk wanita memakai pakaian yang telah disyariatkan untuk menutup seluruh tubuhnya namun dilarang untuk menggunakan cadar dan sarung tangan. Berikut ini 5 rukun umroh yaitu Ihram (niat umroh), Thawaf, Sa'i, Bercukur dan Tertib. Dalam umroh atau haji ada istilah miqot yaitu batas jamaah haji dan umroh untuk mulai menggunakan pakaian ihram dan mulai melafadzkan niat untuk berumroh atau haji. Bagi jamaah haji atau umroh yang berangkat dari arah Madinah maka miqotnya adalah Bir ALi atau Masjid Dzulhulaifah.

Bir Ali sumber https://en.wikipedia.org/

Setelah berniat melakukan umroh dan berhaji maka ada beberapa hal yang tidak boleh dilakukan. Larangan-larangan tersebut adalah 
1. Mencukur rambut, memotong kuku bagi yang melanggar maka dikenakan dam.
2. Menggunakan wangi-wangian atau parfum kecuali yang dipakai sebelum berihram
3. Melamar, menikah, menikahkan orang lain tetapi hal tersebut tidak mewajibkan denda karena akad tersebut dianggap tidak ada atau tidak sah.
4. Menyentuh, mencium atau sejeninsnya yang menimbulkan syahwat jika melanggar maka diwajibkan denda seekor domba.
5. Melakukan jima antara suami istri, jika melakukannya sebelum tahalul pertama maka merusak atau membatalkan haji dan diwajibkan membayar dam berupa seekor unta atau sapi atau tujuh ekor domba. Jika hal tersebut dilakukan setelah tahalul pertama maka hajinya tidak batal tapi tetap harus membayar dam.
6. Membunuh binatang buruan, jika dilanggar maka wajib membayar denda seekor hewan ternak yang besar tubuhnya mirip dengan hewan yang telah dibunuh. Sedangkan untuk binatang lau tidak ada larangan dalam membunuhnya.

Bis pun menuju kota Mekah yang berjarak sekitar 450 km dari Bir Ali. Setibanya di kota Mekah kami langsung menuju ke penginapan terlebih dahulu. Alhamdulillah jarak penginapan dengan Masjidil Haram tidak terlalu jauh, mungkin hanya sekitar 500 meter dari batas pelataran masjid. Sebelum tiba waktu shalat Ashar rombongan kami mulai menuju Masjidil Harom untuk melaksanakan umroh. Suasana di dalam Masjidl Harom pun sudah ramai oleh jamaah yang akan melaksanakan shalat Ashar. Rangkaian ibadah Thawaf dan Sai pun kami lakukan setelah melaksanakan shalat Ashar. Suasana sekitar ka'bah sore itu cukup ramai, kami pun membentuk rangkaian yang saling berdekatan antara anggota rombongan dan tidak memberikan celah pada satu orang pun untuk masuk ke dalam rangkaian rombongan kami agar kami tidak terpecah diantara ratusan jamaah umroh. 

Thawaf dilakukan sebanyak 7 putaran, dimulai dari Hajar Aswad dan berakhir pula di Hajar Aswad. Dalam melakukan thawaf ini sebenarnya tidak ada doa atau zikir yang khusus termasuk mengikuti doa dan zikir dari buku panduan yang telah dibagikan, begitulah yang diinfokan kepada kami. Jika tidak bisa menghafal atau membaca keseluruhan bacaan di buku panduan maka cukup dengan membaca doa sapu jagat yaitu Rabbanaa Aatinaa fiddunyaa hasanah wa fil aakhirooti hasanah wa qinaa adzaa bannaar. Doa sapu jagat ini pun disunnahkan dibaca ketika jamaah berada di antara Rukun Yamani dan Hajar Aswad. Pada saat thawaf putaran pertama, aku mencoba untuk mengikuti bacaan di buku panduan tapi aku merasakan seperti tidak ada ruh dalam ibadah itu karena tidak bisa konsentrasi dan memaknai doa & zikir tersebut. Akhirnya aku pun memutuskan untuk memilih satu doa di dalam buku panduan. Dengan begitu membuatku fokus terhadap zikir dan artinya yang akhirnya bisa membuatku meneteskan airmata dalam thawaf tersebut. Selesai melaksanakan thawaf maka ibadah berikutnya adalah melaksanakan shalat sunah thawaf sebanyak 2 rakaat & disunnahkan melanjutkan dengan meminum air zam-zam.

Ibadah berikutnya adalah Sa'i. Sai adalah berjalan dari Bukit Shafa ke Bukit Marwah sebanyak 7 kali yang berakhir di Bukit Marwah. Perjalanan dari Bukit Shafa ke Bukit Marwah dihitung 1x begitu juga perjalanan dari Bukit Marwah ke Bukit Shafa dihitung 1x. Persyaratan bersuci dari hadats besar dan kecil ketika mengerjakan Sa'i hukumnya dianjurkan bukan wajib sebagaimana ketika Thawaf. Selesai Sa'i selanjutnya adalah melakukan tahalul yaitu memotong sedikit rambut atau mencukur gundul lebih afdhol. Bagi wanita cukup memotong rambut sepanjang satu ruas jari. Ibadah umroh terasa begitu melelahkan ketika melakukan Sa'i karena memang jarak yang lumayan antara Bukit Shafa dan Marwah. Alhamdulillahnya Sa'i ini dilakukan di dalam ruangan tertutup dan dilengkapi AC. Selesai sudah ibadah umroh dilakukan dan kami pun menunggu waktu shalat Magrib.

Jamaah sedang melakukan Sa'i



Sumber :
https://rumaysho.com/
http://www.berhaji.com/
https://id.wikipedia.org/


Artikel menarik lainnya
Kemegahan Masjid Nabawi
Masjid Qiblatain Madinah
Grojogan Sewu Tawangmangu

WISATA KERATON SURAKARTA

Sebelum Air Terjun Tirtosari

Hari ketiga dikota Solo tepatnya Sabtu 3 Oktober 2015, tujuan berikutnya adalah Keraton Surakarta. Kami memarkir kendaraan di sebuah taman dimana tiket keraton dijual, ada beberapa pedagang dan ada bagian bangunan yang digunakan berjualan yang merupakan sebagian besar pedagang pakaian pasar klewer. Bangunan tersebut ternyata adalah Sasana Sumewa. Sasana Sumewa merupakan bagian utama terdepan Keraton Surakarta. Tempat ini pada zamannya digunakan sebagai tempat untuk menghadap para punggawa (pejabat menengah ke atas) dalam upacara resmi kerajaan. Ketika kami tiba di Keraton Surakarta masih begitu pagi sehingga kami belum bisa masuk. Kami pun mencoba menikmati es cendol atau istilah jawanya es dawet yang berjualan di sekitar Keraton Surakarta namun untuk rasa masih jauh dari maknyuuss. Wisata ke Keraton Surakarta merupakan salah satu liburan yang murah meriah karena harga tiket yang terjangkau. Anda pun bisa didampingi oleh guide dari keraton yang akan menjelaskan mengenai sejarah beserta bangunan dan benda-benda bersejarah yang berada di keraton namun guide ini tentu saja tidak gratis.


Sasana Sumewa


Kesultanan Surakarta merupakan kelanjutan dari Kesultanan Mataram. Pada masa Sri Susuhunan Pakubuwana II, Mataram mendapatkan serangan dari pemberontakan orang-orang Tionghoa yang mendapat dukungan dari oran-orang Jawa yang anti VOC pada tahun 1742 dan Mataram yang saat itu berpusat di Kertasura mengalami keruntuhan. Kota Kertusura berhasil direbut kembali dengan bantuan dari Adipati Cakraningrat IV, penguasa Madura Barat yang merupakan sekutu VOC namun keadaan kota Kertasura sudah rusak parah. Sri Susuhunan yang menyingkir ke Ponorogo kemudian memutuskan untuk membangun istana baru di Desa Sala sebagai ibukota Mataram yang baru. 

Untuk pembangunan keraton ini, Sri Susuhunan Pakubuwana II membeli tanah seharga selaksa keping emas yang diberikan kepada lurah Desa Sala yaitu Ki Gede Sala. Saat keraton dibangun, Ki Gede Sala meninggal dunia dan dimakamkan di sekitar area keraton. Setelaht istana kerajaan selesai dibangun, nama desa Sala kemudian diganti menjadi Surakarta Hadiningrat. Istana ini pun telah menjadi saksi bisu atas penyerahan kedaulatan kesultanan Mataram dari Sri Susuhunan Pakubuwana II kepada VOC pada tahun 1749. Setelah perjanjian Giyanti tahun 1755, keraton ini kemudian dijadikan istana resmi bagi Kasunanan Surakarta. Saat ini sebagian komplek keraton merupakan museum yang menyimpan berbagai koleksi milik kasunanan termasuk barang-barang pemberian dari raja-raja eropa, replika pusaka keraton dan gamelan. 

Bagi yang ingin berkunjung ke Keraton Surakarta harap menggunakan sepatu karena ada sebuah area yang jika ingin masuk ke dalamnya tidak diperbolehkan menggunakan sandal sehingga sandal tersebut harus dilepas. Wisata ke Keraton Surakarta ini merupakan hal yang menarik bagi suamiku karena suamiku menyukai cerita sejarah dari kerajaan-kerajaan Jawa. Di Keraton ini pun suamiku sempat membeli sebuah lembaran yang berisi silsilah raja-raja Surakarta namun sayangnya lembaran tersebut tertinggal di rumah kakak.



Bangsal Witana
tempat persemayaman pusaka 
kebesaran kerajaan selama berlangsungnya upacara
























Sumber : https://id.wikipedia.org/wiki/


Artikel menarik lainnya
Wisata Kota Batu Malang
Wisata Dieng
Menikmati Green Canyon

PERJALANAN MENUJU AIR TERJUN TIRTOSARI

Sebelumnya Pesona Telaga Sarangan

Masih di hari yang sama yaitu Jumat 2 Oktober 2015, setelah puas narsis di sekitar Telaga Sarangan, suami mengajak ke air terjun yang letak pintu masuknya masih di sekitar Telaga Sarangan yaitu air terjun Tirtosari.






Kami pun membeli tiket masuk yang harganya kami sudah lupa hehehe......#efek gak bikin catatan#. Sebelum membeli tiket, kami bertanya, "berapa jarak menuju ke air terjun ?" beliau menjawab,"sekitar 3 km"......"siiiplah kalau cuma 3 km", pikir kami. Perjalanan kami pun ditemani seorang guide yang sudah berusia lanjut. Awalnya kami tidak ingin ditemani oleh guide, kami berpikir perjalanan menuju ke air terjun cuma 3 km tapi  seorang bapak tua yang sudah lanjut usia sedikit memaksa. Akhirnya kami pun menyetujuinya, tentu saja dengan menanyakan berapa tarifnya tapi si bapak mengatakan terserah saja. Sebenarnya agak sedikit gak suka sih kalau ada yang bilang terserah, malah bingung mau kasih berapa, kalau kasih sedikit ntar ngedumel, mau banyak dana kami pas-pasan #puuuffttttt. Mulailah kami menyusuri jalan setapak menuju air terjun, sepanjang perjalanan kami diberikan pemandangan yang indah, jalanan secara umum sudah beraspal. 











Lama-kelamaan kami pun merasakan kaki yang sudah mulai pegel, entah sudah berapa km kami lalui namun sedikit pun belum nampak air terjunnya. Kami pun bertanya kepada si guide,"kira-kira air terjunnya masih berapa jauh ya pak ?". Beliau menjawab,"itu air terjunnya di atas bukit itu ?". Aku pun memandang ke arah bukit yang ditunjuk oleh si bapak sambil berkata dalam hati,"gila berapa km lagi ini, mana nanjak lagi." #puuffft. Jalanan yang dilalui pun mulai berubah yang awalnya sudah diaspal kini jalan yang dilalui masih berupa tanah dan jalanan pun sudah mulai menanjak.

Tampang suami yang sudah kelelahan hehehehe......









Akhirnya kami pun sampai di air terjun dan aku hanya termangu sambil berkata dalam hati,"cuma segini air terjunnya." Hahahaha........jalannya sumpah jauh banget, lebih kali kalau 3 km tapi asli kalau gak ada guidenya nih, kami berdua udah balik di tengah jalan, yakin gak bakal sampe ke nih air terjun. Untung air terjun yang kecil ini masih sepi dan sudah ada yang jualan makanan. 


Kami pun istirahat sambil sarapan pagi dengan nasi pecel. Selesai makan dan istirahat, kami pun kembali. Dalam perjalanan pulang, kami bertemu wanita-wanita perkasa yang sedang jalan menuruni anak tangga sambil menggendong karung yang entah berisi apa. 



Dalam perjalanan kali ini, mungkin tempat wisata yang kami tuju tidak sesuai dengan harapan tapi sepanjang perjalanan kami disuguhi oleh pemandangan yang hijau dan segar serta ditemani seorang guide yang bercerita tentang kehidupannya yang sederhana dan bagaimana beliau memaknai hidup yang hanya sementara ini. Itulah yang kami dapat dari perjalanan kali ini, kami banyak belajar mengenai makna hidup dari beliau. Ini tentang perjalanan bukan tujuan.


Sang Guide

Kami pun kembali ke penginapan tapi sebelumnya kami mampir lagi di pinggir Telaga Sarangan untuk menikmati wedang ronde. Setelah itu baru kami kembali ke penginapan untuk bersih-bersih dan check out. Selesai shalat jumat kami pun kembali ke Tawangmangu dengan mengendarai ojek motor dengan harga Rp.50.000 per motor. Dari Tawangmangu perjalanan pun langsung dilanjutkan menuju Solo.



Artikel menarik lainnya
Grojogan Sewu Tawangmangu
Jalan-Jalan Ke Bangkok
Semi Body Rafting Citumang & Pantai Karapyak
Kemegahan Masjid Nabawi & Perjuangan menuju Raudhoh