KEMEGAHAN MASJID NABAWI DAN PERJUANGAN MENUJU RAUDHAH

Kota Madinah yang terletak di negara Arab Saudi merupakan salah satu kota yang banyak dikunjungi dan diziarahi oleh kaum muslim. Kota ini pun dianggap sebagai kota suci kedua oleh umat muslim dunia. Pada zaman Nabi Muhammad SAW, kota ini menjadi pusat dakwah, pusat pendidikan islam dan pusat penyebaran agama islam. Dari kota inilah agama islam mulai menyebar ke selusruh jazirah arab kemudian ke seluruh dunia. Sebelum datangnya islam, kota madinah dikenal dengan nama Yastrib dan merupakan pusat perdagangan. Hasil perekonomian kota Yastrib atau Madinah adalah perkebunan dan peternakan. Dari kota inilah banyak dihasilkan kurma dan peternakan unta. Setelah kedatangan nabi Muhammad SAW, beliau pun mengganti nama kota Yastrib menjadi Madinah.

Di kota Madinah ada beberapa tempat yang dikunjungi oleh umat muslim pada saat umroh atau haji yaitu

MASJID NABAWI

Tujuan utama datang ke kota Madinah adalah agar bisa melaksanakan shalat di masjid Nabawi karena keutamaannya yang begitu besar, Nabi Muhammad SAW bersabda,

"Shalat di masjidku (masjid Nabawi) lebih baik dari 1000 shalat di masjid lainnya selain Masjidil Harom" (HR Bukhari no 1190 dan Muslim no 1494 dari Abu Hurairah)

Dalam riwayat lain, Nabi shallallahu'alaihi wa salam bersabda,

"Shalat di masjidku (Masjid Nabawi) lebih utama daripada 1000 shalat di masjid lainnya selain Masjidil Harom. Shalat di Masjidil Harom lebih utama daripada 100.000 shalat di masjid lainnya." (HR Ahmad dan Ibnu Majah no 1406, dari Jabir bin Abdillah. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih. Lihat shahih At Targhib wa At Tarhib no 1173)

Di tahun 2015 ini, akhirnya aku mendapatkan kesempatan untuk bisa menginjakkan kaki di tanah suci ini, alhamdulillah terima kasih atas segala nikmat-Mu ya Allah. Berdasarkan pengalaman, jika ingin melaksanakan shalat wajib dan ingin shalat  di dalam masjid Nabawi maka datanglah 1 jam sebelumnya, ini pada saat di luar musim haji. Bagiku untuk bisa shalat di dalam masjid Nabawi adalah kesempatan yang amat sangat langka karena dibutuhkan biaya yang cukup mahal untuk bisa berkunjung ke tanah suci ini maka jangan sia-siakan waktu selama di tanah suci. Satu hal yang mungkin disukai ketika selesai melakukan shalat di masjid Nabawi yaitu adanya pasar kaget yang berada di luar pagar masjid Nabawi.

Masjid Nabawi ini awalnya hanya berukuran 50m x 50m dan tinggi 3,5m namun kini masjid ini telah direnovasi dan mengalami perluasan berkali-kali. Renovasi pertama kali dilakukan oleh khalifah Umar Bin Khattab pada tahun 17 H dan perluasan kedua dilakukan oleh khalifah Ustman Bin Affan pada tahun 29 H. Luas bangunan masjid Nabawi saat ini mungkin sekitar 100.000 m persegi yang mungkin bisa menampung 650.000 jemaah pada saat umroh. Bagi umat muslim yang sudah pernah kesana mungkin sempat mengamati kubah geser dan payung di masjid nabawi yang semuanya dapat dibuka dan ditutup sesuai dengan keperluannya. Payung masjid Nabawi ini kemudian menjadi trend bagi seluruh masjid di dunia termasuk di Indonesia. Dua masjid di Indonesia yang pernah saya lihat menggunakan payung seperti di masjid Nabawi adalah masjid Adzikra Sentul dan masjid Agung Semarang.


Ilustrasi masjid Nabawi di zaman Nabi Muhammad SAW
sumber : Http://hisbut-tahrir.or.id/

Masjid Nabawi saat ini, di bawah kubah hijau tsb letak makam Nabi
sumber : http://id.wikipedia.org/





Lingkungan sekitar masjid Nabawi


Di Masjid Nabawi ini, aku punya cerita yang menyenangkan. Ketika aku menunggu waktu shalat tiba, aku isi waktu kosong tersebut dengan membaca Al Quran terjemahan. Seorang bocah berkulit putih berambut keriting menghampiriku dan menatapku sambil mengemut dot di mulutnya. Kemudian ia menyentuh Al Quran dan berusaha untuk mengambilnya dari tanganku. Aku pun melepaskan Al Qur'an terjemah tersebut dan memberikannya kepadanya. Bocah kecil nan lucu itu pun melepaskan dotnya dan memberikannya kepadaku sambil tersenyum-senyum dan aku pun memasangkan dotnya tersebut ke salah satu bagian bajunya karena kulihat sebuah peniti bergantung di dot tersebut. Taklama bocah tersebut membuka lembar demi lembar Al Quran tersebut tiba-tiba ia membalikkan tubuhnya dan duduk di pangkuanku tanpa perlu kutarik tubuhnya. Aku pun sangat terkejut, tidak kusia-siakan kesempatan ini langsung kupeluk bocah kecil nan lucu itu. Ibu dari bocah kecil itu yang duduk sebaris dengan shafku dan terpisahkan oleh sekitar 5 orang dariku pun terus memanggilnya tapi sang bocah lucu tersebut tak menggubrisnya.










RAUDHAH

Raudhah dalam arti bahasa berarti taman sebagai mana Nabi Muhammad SAW bersabda

"Tempat yang terletak di antara rumahku dengan mimbarku merupakan suatu taman di antara taman-taman surga, sedang mimbarku itu terletak di atas kolamku." (Riwayat Bukhari)

Rumahku dalam arti hadits tersebut di atas rumah yang didiami oleh Rasullulloh semasa beliau hidup beserta istri beliau Aisyah RA yang kemudian menjadi kuburan beliau dan dua sahabat beliau yaitu Abu Bakar Ash-Shidiq RA dan Umar Bin Khattab RA. Makna taman surga menurut para ulama hadits adalah arena yang menyerupai taman surga yang dapat mendatangkan kebahagiaan dan ketenangan bagi orang yang duduk di dalamnya. Penjelasan lainnya, kelak di akhirat tempat tersebut menjadi salah satu taman di taman-taman surga. Namun ada juga yang menafsirkan orang yang berdoa dan memohon kepada Allah SWT di tempat ini seperti penghuni surga yang memohon kepada Allah SWT, permohonan dan doanya mustajab (lihat Ibn najjar, Akhbar madinati Ar-Rasull, hal.389)

Awalnya raudhah ini terletak di luar masjid Nabawi, namun seiring dengan perluasan masjid Nabawi maka kini Raudhah terletak di dalam Masjid Nabawi ditandai dengan kubah berwarna hijau di atapnya dan ditandai dengan karpet berwarna hijau di dalam masjid Nabawi sedangkan di luar area Raudhah lantai masjid Nabawi dilapisi oleh karpet berwarna merah. Area Raudhah ini hanya berukuran 22 m dari arah barat ke timur dan 15 m dari utara ke selatan. Lokasi Raudhah ini berada di shaf laki-laki dan hanya terbuka di jam-jam tertentu bagi wanita yaitu dari jam 09.00 - 11.00 di pagi hari dan ba'da shalat isya samapi jam 23.00 malam dan masuk melalui babun Nisa (=pintu perempuan) sedangkan bagi laki-laki 24 jam dan pintu terdekatnya adalah babus salam (=pintu keselamatan).

Untuk bisa memasuki Raudhah begitu membutuhkan perjuangan sebagaimana yang aku rasakan. Setelah shalat isya dan makan malam, rombongan kamiberangkat menuju masjid Nabawi. Sebelum memasuki masjid Nabawi kami berdoa bersama-sama terlebih dahulu dan harus sudah dalam keadaan berwudhu. untuk bisa memasuki Raudhah kami harus mengantri, pembimbing kami mengatakan bahwa kami bisa menunggu antrian hingga 2 jam lamanya. Perlahan-lahan kami memasuki masjid Nabawi dan kemudian kami duduk menunggu antrian. Dalam keadaan antri tersebut, kami disarankan untuk melakukan zikir. Sedikit demi sedikit rombongan kami maju terus dan berjalan berdesak-desakan agar tidak terpish dari rombongan. Ketika sudah mendekati karpet berwarna hijau pembimbing kami mengingatkan agar terus berusaha berada di wilayah Raudhah sampai berhasil melaksanakan shalat sunah karena amat sangat disayangkan jika keluar dari Raudhah ternyata belum beribadah di sana.

Setibanya di Raudhah, pembimbing kami mengatur untuk memberi kesempatan kepada jamaah yang sudah tua untuk shalat terlebih dahulu dengan dipagari oleh jamaah yang muda. Ini pun bukan hal yang mudah karena kami terus didorong oleh jamaah dari rombongan lain yang juga ingin beribadah du Raudhah. Ketika mereka jamaah yang sudah lanjut usia selesai, giliran kami yang lebih muda namun pagar yang tadi kami bentuk pun sudah bubar. Kami masing-masing pun harus berpikir keras untuk bisa melaksanakan shalat di Raudhah di antara dorongan dan desakan jamaah lain. Aku pun mendapatkan kesempatan untuk melaksanakan shalat namun akhirnyha tumbang di rakaat kedua karena dorongan dari belakang dan tempat sujudku yang sudah dipenuhi jamaah lain. Aku pun terus berdoa meminta kemudahan untuk bisa melakukan shalat sunah di Raudhah sambil terus berpikir mencari tempat. Sempat terlintas di kepalaku sebuah tiang, ya sepertinya shalat di belakang tiang merupakan salah satu posisi yang aman. Akhirnya kesempatan itu pun tiba, posisi ddi belakang jamaah lansia yang shalat dengan menggunakan kursi aku dapatkan. Di posisi inilah aku bisa shalat dengan tenang, tidak merasakan dorongan dari belakang dan tidak ada lagi jamaah yang melintasi tempat sujudku.

Selesai shalat, aku pun mencoba keluar dari Raudhah dan di dekat pintu keluar, aku bertemu dengan pembimbing dan teman-teman yang sedang berusaha shalat di Raudhah di perbatasan antara karpet hijau dan merah. Aku pun mencoba untuk berdiri di antara perbatasan tersebut sambil berharap untuk bisa berdoa kembali di Raudhah dan kesempatan itu pun aku dapatkan.


Area Raudhah yang ditandai dengan karpet hijau
sumber : http://hajimabrurbarokah.com/

Karpet merah di Masjid Nabawi
sumber : http://hajimabrurbarokah.com/



Next post Masjid Quba

Sumber :
https://id.wikipedia.org/
http://suaramuslim.net/
http://mirajnews.com/
http://hizbut-tahrir.or.id/