PANORAMA CANTIK UMBUL SIDOMUKTI UNGARAN

Cuaca yang tidak begitu panas menemani kami pergi ke terminal bis untuk membeli tiket bis raya jurusan solo walaupun tujuan kami sebenarnya adalah Semarang. Cukup 1 tiket yang kami beli karena satunya lagi ini dapatkan dari hasil menukar 15 tiket yang telah kami kumpulkan selama 1 tahun lamanya. Bulan Februari 2017 ini, batas terakhir kami untuk bisa menukar tiket maka tanpa rencana apa pun, kami memutuskan untuk refreshing sejenak ke Semarang. Perjalanan pun di mulai dari terminal Pondok Cabe sekitar jam 4 sore. Walaupun tujuan kami adalah Semarang, kami memutuskan untuk turun di Salatiga karena waktu yang masih begitu malam jika kami harus turun di Semarang. Kami habiskan pagi dinihari itu di terminal Tingkir kemudian lanjut mampir ke Desa Suruh sekedar bersilaturahmi dengan keluarga dan bersih-bersih. 

Sekitar jam 10.00, kami pun melanjutkan perjalanan menuju Semarang dan tiba di Semarang sore hari. Setelah check in di penginapan yang terletak di jalan Pandanaran, kami pun segera mengambil motor sewaan yang terletak di sekitar kantor pajak pratama Semarang. Dilanjutkan dengan mencari makan karena perut kami yang sudah berdangdut ria,muter-muter cari makanan, akhirnya pilihan jatuh ke rumah makan Padang #huffttt. Sedangkan malam harinya kami mencoba Es Puter Cong Lik yang terkenal di Semarang kemudian dilanjutkan muter-muter kota Semarang sampai ke sudut-sudut kota yang sepi. Lelah pun menerpa dan kami putuskan untuk kembali ke penginapan.

Hari kedua di Semarang, kami putuskan untuk pergi ke Ungaran. Dalam perjalanan hujan pun turun sehingga mengharuskan kami untuk berteduh. Perjalanan pun dilanjutkan walaupun hujan rintik-rintik menyertai perjalanan ini. Tempat wisata yang kami tuju di Ungaran ini adalah Tempat wisata Umbul Sidomukti. Jalur menuju Umbul Sidomukti masih satu jalur dengan Candi Gedong Songo kemudian akan ada petunjuk untuk berbelok ke kanan yang mengarah ke Umbul Sidomukti. Jalan menuju Umbul Sidomukti terus menanjak dan hawa dingin mulai menyusup ke tubuh. 

Umbul Sidomukti terletak di lereng gunung ungaran  sekitar 1200 mdpl yang diapit oleh dua buah jurang. Tiket masuk wisata Umbul Sidomukti 10.000/org untuk hari sabtu, minggu dan tanggal merah sedangkan hari biasa 5.000 rupiah. Di tempat ini terdapat kolam renang yang bertingkat yang memiliki pemandangan cantik. Namun untuk masuk ke kolam renang ini akan ada tiket masuk lagi. Awalnya aku ingin masuk sekedar untuk mengambil foto tapi melihat pengunjung yang ramai maka aku batalkan dan aku putuskan untuk ke Pondok Kopi Sidomukti. Pondok Kopi ini adalah seperti sebuah kafe namun sepertinya kopi yang disajikan tidak memiliki citra rasa tersendiri dan makanan yang dijual pun terasa biasa saja, hanya pemandangannya yang luar biasa. Hari sudah menunjukkan siang dan sesekali hujan turun sehingga hawa dingin terus menusuk tubuh ditambah tiupan angin yang terkadang kencang. Ketika langit cerah, kami pun segera meninggalkan area Umbul Sidomukti. Selain kolam renang, Pondok Kopi masih ada beberapa tempat wisata di sana seperti outbond dan penginapan.
























PESONA PULAU KANAWA DAN GILI LAWA - LABUAN BAJO

Cerita sebelumnya Bukit Sylvia - Labuan Bajo

Jam alarm HP berbunyi menunjukkan waktu subuh, rasa malas masih menghinggapi tubuh yang ingin meneruskan mimpi. Namun apa daya, aku harus segera mandi sebelum teman-temanku mendahului. Selesai packing, kami segera menuju ruang makan hotel. Sarapan yang tersedia didominasi oleh pancake. 






Kami pun check out dari hotel menuju pelabuhan labuan bajo. Mobil dari pihak TO pun menjemput kami dan kami diturunkan di Dannys mart yang terletak di kampung ujung, tepat di seberang pelabuhan Labuan Bajo. Ternyata jarak antara penginapan ke kampung ujung dapat dijangkau dengan jalan kaki. Setelah berkumpul dan menyelesaikan administrasi dengan pihak TO, kami pun menuju kapal yang akan membawa kami menjelajah pulau-pulau di Taman Nasional Komodo selama 3 hari. Dari Labuan Bajo kami menuju Pulau Kanawa yang ditempuh kurang lebih sekitar 1 jam. Kami pun tiba di Pulau Kanawa sekitar jam 10 siang, dari kapal saja, pantai pulau ini terlihat indah. Pulau Kanawa merupakan sebuah pulau kecil yang dikelola oleh seorang warga negara asing berkebangsaan Italia. Di pulau ini terdapat Bungalow yang disewakan yang terletak di kaki bukit batu. Di sekitar pantai Kanawa terdapat kursi-kursi santai jika para tamu ingin berjemur tapi bagi para pengunjung yang tidak menginap maka jika ingin menggunakan kursi-kursi tersebut dikenakan biaya sekitar Rp.100.000. 




































Dari Pulau Kanawa berlanjut ke Manta point dan bersyukur kami bisa melihat manta point berkeliaran di sekitar kapal. Sayangnya kami lupa mengambil gambarnya karena begitu gembiranya bisa melihat mereka. Pada saat di Pulau Kanawa, kami menolak untuk melakukan snorkeling karena melihat lokasi yang agak ramai dan memutuskan di sekitar manta point tapi ternyata di manta point arus air lautnya deras membuat kami tidak berani berlama-lama. Perjalanan pun dilanjutkan ke Gili Lawa dan kami tiba sore hari. Di pantai Gili Lawa telah ada beberapa kapal yang menambatkan perahunya di sini, yang berarti mereka akan menginap di sini. 

Perjalanan mendaki Gili Lawa Darat pun dimulai tanpa ada persiapan yang matang dan petunjuk dari sang guide mengenai medan yang akan dilalui. Ternyata jalan mendaki ke puncak Gili Lawa cukup terjal. Beberapa teman ada yang tidak melanjutkan hingga puncak. Untung aku membawa air dan tisu walaupun hanya dibawa menggunakan kantong kresek. Rasa lelah pun terbayar dengan pemandangan yang luar biasa cantik ditambah sunset yang sebentar lagi akan muncul. Dari Puncak Gili Lawa Darat, gugusan pulau-pulau sekelilingnya berwarna hijau karena kami datang di musim peralihan namun jika datang di musim kemarau maka rumput-rumput tersebut berwarna kuning atau bahkan bukit-bukit tersebut terlihat kering. Memang untuk mendapatkan suatu keindahan yang super kece harus melalui perjuangan yang berat.

















Untuk kembali ke kapal, jalan yang digunakan bukanlah jalan yang sama ketika kami naik tapi menggunakan jalan lain yang lebih landai walaupun mungkin agak sedikit lama. Sunset pun perlahan menghilang, langit berubah gelap. Kami berjalan dalam gelap karena guide tak memberitahukan kami jika harus bawa senter padahal senter ada di tas di kapal #huufffttt. Aku dan beberapa teman termasuk berjalan paling dahulu dari rombongan dan guide menemani teman-teman yang masih berjalan di belakang.  Berjalan dalam gelap hanya sinar cahaya rembulan yang menerangi ditambah jalan setapak yang menurun dan sedikit berpasir membuat kami beberapa kali terpeleset.

Akhirnya pendakian Gili Lawa Darat pun tuntas, kami melanjutkan perjalanan menuju Desa Komodo di Pulau Komodo. Di sinilah kami menginap di rumah penduduk. Entah jam berapa kami mendarat di Pulau Komodo karena sempat berhenti lama di perairan karena sesuatu hal. Kami sempat resah karena tidak tahu apa sebenarnya yang menyebabkan perhentian ini. Kami dilarang menyalakan hp karena cahaya hp menghalangi sang nahkoda. Kami hanya pasrah menunggu instruksi selanjutnya dari sang nahkoda. Hati pun lega ketika kapal melaju kembali dan kami pun tiba di Pulau Komodo dengan kondisi air laut sedang surut di dermaga Pulau Komodo.




SUNSET BUKIT SYLVIA - LABUAN BAJO

Taman Nasional Komodo yang terletak di Nusa Tenggara timur merupakan taman nasional yang didirikan untuk melindungi komodo yang merupakan salah satu hewan langka di dunia dan habitatnya.  Taman Nasional Komodo terdiri dari tiga pulau besar yaitu Pulau Komodo, Pulau Rinca dan Pulau Padar serta beberapa pulau-pulau kecil lainnya. Taman Nasional Komodo masuk dalam new 7 wonders pada bulan November 2011. Taman Nasional Komodo juga memiliki perairan yang indah dan pantai pink yang terkenal. Keindahan alam taman nasional komodo menginspirasi diriku untuk menjadikan tempat ini sebagai salah satu mimpi tujuan wisata ku.

Hasrat dan mimpi itu pun akhirnya tercapai ketika di bulan Oktober 2016 ada promo dari GA. Aku dan beberapa teman berhasil mendapatkan tiket murah untuk bisa mengunjungi Pulau Komodo dengan harga kurang dari 3.2 juta rupiah pp untuk keberangkatan 6 bulan lagi. Waktu selama 6 bulan ini kami gunakan untuk menabung dan mencari Travel organizer (TO) selama di Labuan Bajo dan penginapan sehari sebelum dan sesudah 3 hari trip komodo.

13 April 2017 pun tiba, hari ini kami akan memulai petualangan dalam trip pulau komodo. Rombongan kami yang terdiri dari 12 orang terpecah dalam 3 penerbangan. Sesampainya di Labuan Bajo seperti biasa, kami narsis di depan airport dan ini seperti suatu kewajiban. Dari Bandara Labuan Bajo menuju penginapan kami dijemput oleh pihak TO dan penjemputan ini sudah termasuk dalam paket tour. Paket tour sendiri dimulai keesokan harinya yaitu tanggal 14 April sd 16 April 2017.








Setibanya di hotel yang kami pesan, ada satu hal yang di luar dugaan kami yaitu model hotel yang ternyata berdiri di atas tanah yang berundak-undak. Ketika tiba di depan hotel, beberapa teman pun meminta pak supir untuk membantu mengangkat koper karena untuk masuk ke dalam hotel harus naik tangga dan tentunya telah sepakat teman-temanku yang dibantu akan memberikan tip dan ketika tiba di lobby, 2 supir kami mengatakan bahwa mereka cukup sampai di sini. Kami pun agak kecewa karena kamar kami masih harus dicapai dengan menaiki anak tangga yang cukup melelahkan. Setelah selesai melakukan administrasi, kami pun diantar ke kamar yang terletak di atas. Untuk menuju kamar saja membutuhkan perjuangan apalagi menjalani hidup ini. Namun rasa kecewa kami sedikit terobati karena pemandangan yang kami dapat dari balkon kamar cukup indah. Memang untuk mendapatkan suatu keindahan harus ada perjuangan #eaaaaaa.


Jalan menuju Lobby hotel


Pemandangan dari balkon kamar


Istirahat dan bersih-bersih adalah kegiatan berikutnya yang kami lakukan di penginapan. Salah satu keseruan dalam perjalanan ini adalah jika ada beberapa teman yang membawa makanan alias ransum. Tak ayal lagi, makanan tersebut kami makan ramai-ramai, bukan karena kami lapar juga sih masasih tapi rebutannya yang seru. Sebagai provokator  koordinator perjalananan ini, aku pun memikirkan acara bebas di sore dan malam hari. Kami pun sepakat untuk menikmati sunset di Bukit Cinta dan mobil pun dipesan dari sopir yang mengantarkan kami ke hotel. Dalam perjalanan menuju Bukit Cinta, kami pun mengubah rute yaitu menikmati sunset di Bukit Silvia karena waktu yang tidak memungkinkan jika ingin ke Bukit Cinta. 
















Matahari pun perlahan menghilang, langit labuan bajo mulai gelap dan kami pun beranjak pergi menuju kampung ujung untuk santap malam. Lapak-lapak penjual seafood dan makanan lainnya berjejer meramaikan kampung ujung. Para pedagang ini baru bermunculan sore menjelang malam dan mayoritas makanan yang dijual adalah seafood. Jika tidak ingin seafood ada juga penjual nasi goreng dan makanan olahan ayam. Perut telah diisi kenyang, kami pun kembali ke penginapan. Setibanya di penginapan, kami harus bertemu dengan anjing kecil pemilik hotel yang selalu menggonggong jika melihat kami. Kami berjalan sambil berpegangan satu sama lain, berusaha tetap tenang walaupun sebenarnya ingin segera lari. Inilah drama yang harus kami lalui jika keluar masuk hotel bertemu si doggy. Malam ini kami harus packing karena besok pagi kami akan memulai trip dan menginap di Pulau Komodo.






Bersambung