SULITNYA MELUPAKAN PULAU PADAR

Cerita Sebelumnya Pesona Pulau Kanawa dan Gili Lawa Darat

Hari ketiga tepatnya tanggal 15 April 2017, tujuan pagi ini adalah Pulau Padar. Pagi ini kami harus bangun pagi-pagi sekali karena setelah shalat subuh, kami akan langsung berangkat menuju Pulau Padar. Langit pun masih gelap ketika perahu kami mulai meninggalkan dermaga Desa Komodo. Dalam perjalanan ke Pulau Padar kami pun menikmati indahnya matahari yang mulai terbit memancarkan semburat cahaya. Seingatku perjalanan dari Desa Komodo ke Pulau Padar kurang lebih sekitar 1,5 jam. 





Pulau Padar merupakan pulau ketiga terbesar di kawasan Taman Nasional Komodo setelah Pulau Rinca dan Pulau Komodo. Letak Pulau Padar berada di antara Pulau Komodo dan Pulau Rinca namun secara jarak lebih mendekati ke Pulau Rinca. Sekitar jam 07.00 kami pun tiba di Pulau Padar, matahari bersinar sangat cerah. Untuk menikmati keindahan Pulau Padar maka kami harus trekking ke atas pulau sekitar 45 menit. Perlahan kami mulai melangkahkan kaki menaiki bukit, jalan setapak yang berpasir dan terkadang sedikit terjal, cukup membuat kami harus sering beristirahat ditambah sinar matahari pagi yang mulai terik. Menurut kami, trekking di Pulau Padar lebih sulit dibandingkan trekking di Kawah Ijen karena memang medan yang dilalui berbeda. Untuk mencapai Kawah Ijen, jalan yang dilalui walaupun sedikit berpasir tapi tidak terjal hanya jarak tempuhnya memang membutuhkan waktu sekitar kurang lebih 2 jam dan ini dilakukan di malam hari. 

Ada pendapat yang mengatakan, untuk mendapatkan sesuatu yang indah diperlukan perjuangan yang berat. Pendapat ini sangat tepat ketika anda tiba di atas Pulau Padar. Semua kelelahan tersebut terbayar tunai dengan keindahan alam yang luar biasa. Inilah sedikit surga yang jatuh ke bumi, yang harus dipelihara agar dapat dinikmati oleh anak cucu keturunan kita. Perlahan tapi pasti akhirnya kami berduabelas bisa tiba satu persatu di spot Pulau Padar. Walaupun jalur trekking ke atas bukit padar cukup terjal namun jalur ini masih tergolong aman, gunakanlah sepatu khusus mendaki, jika tidak ada, setidaknya jangan gunakan sandal atau sepatu yang licin jika digunakan untuk trekking di jalur yang agak berpasir.


Dalam perjalanan trekking, tidak sedikit kami temui ibu-ibu atau bapak-bapak yang usianya jauh lebih tua dari kami. Kami yakin sebelum mereka sampai di sini, mereka belum tahu jalur trekking yang akan dilalui seperti halnya kami yang benar-benar tidak menyangka jalur trekking yang berat ini. Memang Kawasan Taman Nasional Komodo ini sedang nge-hit terutama di kalangan anak muda.













 











 








LIBURAN KE CIREBON

Hari Pertama, 10 November 2017

Keinginan untuk jalan-jalan terbersit begitu saja dalam hati. Ku lempar keinginan ke teman-teman dan responnya positif. Terkadang perjalanan yang tak direncanakan bisa langsung terwujud sedangkan yang direncana malah molor. Kami pun pergi selepas pulang kantor dari stasiun gambir pada tanggal 10 Nov 2017 dengan naik Cirebon express dengan jam keberangkatan 22.30. Dari kantor kami yang terletak di BSD, kami naik kereta dari stasiun Rawa Buntu turun di Tanah Abang, lanjut naik kereta yang berhenti di stasiun Manggarai kemudian lanjut naik kereta yang berhenti di stasiun Gondangdia. Dari Gondangdia lanjut dengan ojek atau bajaj ke stasiun Gambir.
Sekitar jam 7 malam lebih, kami telah tiba di stasiun gambir. 

Kami tiba lebih awal karena ingin mengurus tiket pembatalan teman dan ternyata nomor antrian telah habis. Di depan loket 9 dan 10 yang merupakan loket pembatalan, kami langsung saja maju karena ada tulisan bagi yang akan membatalkan 60 menit sebelum keberangkatan diperbolehkan tanpa nomor antrian. Namun setelah komunikasi dengan sang petugas, kami belum diperbolehkan dan kami harus menunggu 1 jam sebelum keberangkatan. Dalam waktu penantian, beberapa kali nomor antrian yang dipanggil tidak muncul, mungkin mereka lelah dan berpikir jam berapa mereka akan dipanggil padahal waktu semakin larut. Setelah nomor antrian habis, petugas mempersilahkan kami yang tidak memiliki nomor untuk antri di loket. Dengan sigap kami pun maju, alhamdulillah proses pembatalan dan perubahan jadwal kepulangan temanku selesai.

Kereta Cirebon express pun tiba dan kami siap untuk memulai perjalanan ini. Kami tiba di stasiun Cirebon jam 01.30 dinihari dan kami dijemput oleh pihak hotel dengan biaya gratis, hanya sedikit uang rokok karena lokasi yang sangat dekat sekali dengan stasiun Cirebon Kejaksan. Jika bukan waktu dinihari, kami tentunya memilih untuk berjalan kaki. Sesampainya di hotel, kami langsung bersih-bersih dan tidur. 


Hari Kedua, 11 November 2017

Hari kedua di Cirebon diawali dengan malas bangun pagi, yeahhh masih mau bobo. Sekitar jam 8 pagi baru kami menuju restauran hotel untuk sarapan pagi. Menu sarapan pagi, ada roti, soto ayam, bubur ayam, nasi putih dengan lauk ayam kecap, sayur tumis, mie goreng. Untuk hidangan penutup ada buah semangka, tahu gejrot dan puding. Senangnya kalau dapat hotel bintang dua dengan harga promo.










Tujuan hari ini adalah ke goa sunyaragi.  Goa Sunyaragi merupakan salah satu cagar budaya dengan luas sekitar 15 hektar yang berlokasi di Desa Sunyaragi, Kesambi, Cirebon. Goa Sunyaragi ini kadang biasa disebut juga dengan Taman Air Sunyaragi atau Taman Sari Sunyaragi. Sunyaragi berasal dari kata "Sunya" yang berarti sepi dan "Ragi" yang berarti raga. Tujuan didirikannya tempat tersebut adalah sebagai tempat meditasi dan peristirahatan para sultan Cirebon dan keluarganya. Sabtu siang itu cukup banyak pengunjung yang berada di goa Sunyaragi dan cuaca di kota Cirebon begitu panas.


















Dari Goa Sunyaragi perjalanan dilanjutkan ke Empal Gentong H Apud yang terletak di Jalan Tuparev. Menu yang kami pesan adalah 2 porsi empal gentong, 1 porsi empal asem, 15 tusuk sate kambing, 2 gelas es kelapa muda dan 1 gelas es jeruk denga total harga kurang lebih 185.000 ribu rupiah. Untuk rasa lebih enak empal gentong dibandingkan empal asemnya. Jika tidak ingin yang bersantan maka empal asem pilihannya.




Setelah perut terisi kenyang, aktivitas berikutnya adalah ke Pusat Sentra Batik Trusmi, sekedar lihat-lihat harga jika ada yang cocok. Selain cari batik, di sini bisa juga belanja oleh-oleh khas cirebon berupa makanan. Lelah muter-muter di sini, kami pun melanjutkan ke Masjid Panjunan atau Masjid Merah. Masjid Merah ini terletak di kampung Panjunan. Masjid ini dahulunya bernama Musholla Al Athya namun karena pagarnya terbuat dari batu bata merah maka masjid terkenal dengan nama Masjid Merah Panjunan. Masjid ini didirikan pada tahun 1480 oleh Syarif Abdurahman atau Pangeran Panjunan. Ia adalah seorang keturunan arab yang memimpin sekelompok imigran dari Bagdad dan kemudian ia menjadi murid dari Sunan Gunung Jati. Kami pun berkesempatan untuk melaksanakan shalat ashar di masjid ini. Di dekat lokasi masjid ini terdapat mie koclok yang terkenal yaitu Mie koclok panjunan, kuah mie koclok ini kental dan porsinya cukup besar dengan harga yang murah. Berhubung perut kami bertiga sebenarnya sudah cukup penuh maka kami hanya pesan 1 porsi untuk dimakan bertiga (antara irit atau pelit) hahahaha......




Mie koclok Panjunan

Sore itu, kami pun kembali ke penginapan untuk istirahat dan malam harinya kami jalan-jalan ke alun-alun keraton kesepuhan yang sedang ada acara Grebek Mulud dan yang mengesankan dari perjalanan ini adalah naik becak bertiga dari hotel ke alun-alun kesepuhan karena kebetulan di luar hotel hanya ada 1 becak yang sedang parkir (antara pelit atau irit) hahahaha.......Acara Grebek Mulud ini diadakan oleh keraton kesepuhan sejak akhir Oktober sampai dengan awal Desember. Dari pasar malam ini, kami melanjutkan mencari kuliner dan akhirnya diputuskan untuk mencoba Nasi Jamblang Mang Dul yang terletak di sebrang Grage Mall. Selain nasi jamblang kami pun makan es duren yang ada di luar warung makan kemudian kami melanjutkan keliling Grage Mall.

Nasi Jamblang

Hari Ketiga, 12 November 2017,

Pagi ini, salah satu teman kami harus kembali ke Jakarta sehubungan adanya acara keluarga maka tinggal kami berdua yang akan muter-muter Cirebon. Sarapan pagi ini di hotel, aku mencoba Docang, salah satu makanan khas Cirebon dan menurutku agak sedikit aneh campurannya yaitu lontong, toge, daun singkong, taburan kelapa parut dan kuah. Untuk kuah rasanya enak dan segar. Setelah sarapan, kami pun mencoba keluar hotel karena adanya hari bebas kendaraan, tepat di depan hotel kami. Sayangnya, kami tidak membawa uang ketika jalan-jalan di car free day ini dan malas untuk kembali ke hotel sehingga tidak ada apapun yang kami beli (antara irit atau pelit) hahahaha.......


 Docang





Kami bertemu dengan komunitas yang memelihara hewan seperti tersebut di gambar di atas tapi lupa nama hewan ini. Kami pun kembali ke hotel untuk bersih-bersih dan melanjutkan penjelajahan kami berikutnya adalah Taman Ade Irma Suryani. Namun fakta berbeda dengan rencana, ketika kami telah sampai di depan, kami melihat harga tiket masuk yang cukup mahal dan langit yang begitu terik. Akhirnya kami pun langsung menuju rumah makan klapa manis yang terletak di Bukit Gronggongan. Jarak yang ditempuh lumayan jauh sekitar lebih dari 30 menit menggunakan taxi online. 

Dari Klapa Manis perjalanan dilanjutkan ke Masjid Agung Kesepuhan atau Masjid Agung Sang Cipta Rasa. Masjid ini didirikan pada tahun 1480 M pada masa wali songo dan menjadi masjid tertua di Cirebon. Konon pembangunan masjid ini melibatkan lima ratus orang, selain dari Cirebon juga melibatkan Majapahit dan Demak. Dalam pembangunannya Sunan Gunung Jati menunjuk Sunan Kalijaga untuk menjadi arsiteknya. Selain itu, Sunan Gunung Jati juga melibatkan Raden Sepat, arsitek majapahit yang menjadi tawanan perang Demak - Majapahit untuk membantu Sunan Kalijaga. Dahulu masjid ini memiliki kemuncak atap atau memolo namun pada saat azan pitu salat subuh untuk mengusir aji Menjangan Wulung, kubah tersebut pindah ke Masjid Agung banten yang sampai sekarang masih memiliki dua kubah. Berdasarkan cerita tersebut, sampai sekarang masih di gelar azan pitu yaitu azan yang dilakukan oleh tujuh orang yang berseragam putih secara bersamaan di Masjid Agung Cipta Rasa.