Tampilkan postingan dengan label Labuan Bajo. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Labuan Bajo. Tampilkan semua postingan

KENANGAN PULAU KOMODO & PANTAI PINK

Cerita sebelumnya Sulitnya Melupakan Pulau Padar

Sungguh kesibukan dunia kerja membuatku tidak bisa meluangkan waktu untuk mengisi kembali blogku atau aku yang tidak bisa mengatur waktu ya.....hehehe. Tulisan kali ini masih nyambung kisah trip ku di Labuan Bajo di bulan April 2017 yang belum tuntas. Sekitar awal Agustus 2018, kabar buruk menimpa tempat wisata di Labuan Bajo yaitu terbakarnya Gili Lawa Darat sehingga Gili Lawa Darat berwarna hitam tidak lagi coklat atau hijau. Mudah-mudahan setelah musim hujan datang, Gili Lawa Darat dapat terlihat cantik kembali dan ini merupakan sebuah pelajaran yang mahal untuk kami para penikmat alam untuk selalu memperhatikan hal-hal yang boleh dan tidak boleh dilakukan di suatu tempat wisata.

Dari Pulau Padar perjalanan dilanjutkan ke Pulau Komodo (loh Liang) untuk melihat sang Komodo lebih dekat di habitatnya. Kami pun tiba di dermaga Pulau Loh Liang dan menyempatkan untuk berfoto-foto sejenak. Sebelum kami melanjutkan perjalanan memasuki hutan di Pulau Loh Liang, kami dibriefing terlebih dahulu oleh sang pemandu mengenai berapa jarak yang akan kita tempuh, apa yang tidak boleh dilakukan. Ada sebuah mitos yang sempat kami dengar sebelum kami tiba di Pulau Komodo yaitu bagi wanita yang sedang haid tidak diperbolehkan untuk ikut tapi setelah kami tanyakan itu hanya suatu mitos dan selama peserta mengikuti hal-hal yang boleh dan tidak boleh dilakukan dan ditemani oleh sang pemandu, insyaa Allah aman.

Briefing pun selesai, kami dipersilahkan untuk ke toilet terlebih dahulu bagi yang ingin buang hajat karena di dalam hutan tidak ada toilet. Ketika kami akan menuju toilet, kami melihat anak komodo sedang berjalan-jalan.....huaaaa....langsung dong hati ini jiper....jiaahhh baru di sini udah ada komodo walau masih kecil. Tapi sang pemandu berkata, "tenang aja, dijamin aman" dan perlahan kami pun berjalan menuju ke toilet dan berdoa semoga itu anak komodonya gak pingin ke toilet juga..hehehe. Ada 3 rute yang disediakan oleh pengelola untuk bisa melihat komodo tapi berdasarkan info sang pemandu cukup mengambil jarak terpendek dijamin sudah akan melihat komodo yang ukurannya besar.






















Sebelum kami meninggalkan Pulau Loh Liang, sejenak kami menikmati kelapa muda dan beberapa gorengan di sekitar warung yang berada di pinggir pantai. Harga sebutir kelapa muda saat itu 15000 rupiah. Kami pun kembali ke kapal yang akan membawa kami ke destinasi berikutnya yaitu salah satu pantai yang berpasir pink yaitu Pantai Namo. Ini adalah pantai pink kedua yang pernah aku kunjungi, yang pertama adalah pantai pink Lombok. Warna pink di pantai Namo terlihat begitu pink walaupun kami datang sudah agak sore.












Akhirnya tiba waktunya kami untuk menikmati sunset, kapal kami pun meluncur menuju Pulau Kalong. Kami menikmati sunset dari atas kapal, bersamaan dengan sunset akan muncul ribuan kelelawar yang akan mulai beraktifitas.






Senja pun perlahan menghilang berganti dengan gelap, kapal kami pun menuju Desa Komodo yang terletak di sebuah pulau, di Desa inilah kami menginap selama 2 malam di salah satu rumah warga.

SULITNYA MELUPAKAN PULAU PADAR

Cerita Sebelumnya Pesona Pulau Kanawa dan Gili Lawa Darat

Hari ketiga tepatnya tanggal 15 April 2017, tujuan pagi ini adalah Pulau Padar. Pagi ini kami harus bangun pagi-pagi sekali karena setelah shalat subuh, kami akan langsung berangkat menuju Pulau Padar. Langit pun masih gelap ketika perahu kami mulai meninggalkan dermaga Desa Komodo. Dalam perjalanan ke Pulau Padar kami pun menikmati indahnya matahari yang mulai terbit memancarkan semburat cahaya. Seingatku perjalanan dari Desa Komodo ke Pulau Padar kurang lebih sekitar 1,5 jam. 





Pulau Padar merupakan pulau ketiga terbesar di kawasan Taman Nasional Komodo setelah Pulau Rinca dan Pulau Komodo. Letak Pulau Padar berada di antara Pulau Komodo dan Pulau Rinca namun secara jarak lebih mendekati ke Pulau Rinca. Sekitar jam 07.00 kami pun tiba di Pulau Padar, matahari bersinar sangat cerah. Untuk menikmati keindahan Pulau Padar maka kami harus trekking ke atas pulau sekitar 45 menit. Perlahan kami mulai melangkahkan kaki menaiki bukit, jalan setapak yang berpasir dan terkadang sedikit terjal, cukup membuat kami harus sering beristirahat ditambah sinar matahari pagi yang mulai terik. Menurut kami, trekking di Pulau Padar lebih sulit dibandingkan trekking di Kawah Ijen karena memang medan yang dilalui berbeda. Untuk mencapai Kawah Ijen, jalan yang dilalui walaupun sedikit berpasir tapi tidak terjal hanya jarak tempuhnya memang membutuhkan waktu sekitar kurang lebih 2 jam dan ini dilakukan di malam hari. 

Ada pendapat yang mengatakan, untuk mendapatkan sesuatu yang indah diperlukan perjuangan yang berat. Pendapat ini sangat tepat ketika anda tiba di atas Pulau Padar. Semua kelelahan tersebut terbayar tunai dengan keindahan alam yang luar biasa. Inilah sedikit surga yang jatuh ke bumi, yang harus dipelihara agar dapat dinikmati oleh anak cucu keturunan kita. Perlahan tapi pasti akhirnya kami berduabelas bisa tiba satu persatu di spot Pulau Padar. Walaupun jalur trekking ke atas bukit padar cukup terjal namun jalur ini masih tergolong aman, gunakanlah sepatu khusus mendaki, jika tidak ada, setidaknya jangan gunakan sandal atau sepatu yang licin jika digunakan untuk trekking di jalur yang agak berpasir.


Dalam perjalanan trekking, tidak sedikit kami temui ibu-ibu atau bapak-bapak yang usianya jauh lebih tua dari kami. Kami yakin sebelum mereka sampai di sini, mereka belum tahu jalur trekking yang akan dilalui seperti halnya kami yang benar-benar tidak menyangka jalur trekking yang berat ini. Memang Kawasan Taman Nasional Komodo ini sedang nge-hit terutama di kalangan anak muda.













 











 








PESONA PULAU KANAWA DAN GILI LAWA - LABUAN BAJO

Cerita sebelumnya Bukit Sylvia - Labuan Bajo

Jam alarm HP berbunyi menunjukkan waktu subuh, rasa malas masih menghinggapi tubuh yang ingin meneruskan mimpi. Namun apa daya, aku harus segera mandi sebelum teman-temanku mendahului. Selesai packing, kami segera menuju ruang makan hotel. Sarapan yang tersedia didominasi oleh pancake. 






Kami pun check out dari hotel menuju pelabuhan labuan bajo. Mobil dari pihak TO pun menjemput kami dan kami diturunkan di Dannys mart yang terletak di kampung ujung, tepat di seberang pelabuhan Labuan Bajo. Ternyata jarak antara penginapan ke kampung ujung dapat dijangkau dengan jalan kaki. Setelah berkumpul dan menyelesaikan administrasi dengan pihak TO, kami pun menuju kapal yang akan membawa kami menjelajah pulau-pulau di Taman Nasional Komodo selama 3 hari. Dari Labuan Bajo kami menuju Pulau Kanawa yang ditempuh kurang lebih sekitar 1 jam. Kami pun tiba di Pulau Kanawa sekitar jam 10 siang, dari kapal saja, pantai pulau ini terlihat indah. Pulau Kanawa merupakan sebuah pulau kecil yang dikelola oleh seorang warga negara asing berkebangsaan Italia. Di pulau ini terdapat Bungalow yang disewakan yang terletak di kaki bukit batu. Di sekitar pantai Kanawa terdapat kursi-kursi santai jika para tamu ingin berjemur tapi bagi para pengunjung yang tidak menginap maka jika ingin menggunakan kursi-kursi tersebut dikenakan biaya sekitar Rp.100.000. 




































Dari Pulau Kanawa berlanjut ke Manta point dan bersyukur kami bisa melihat manta point berkeliaran di sekitar kapal. Sayangnya kami lupa mengambil gambarnya karena begitu gembiranya bisa melihat mereka. Pada saat di Pulau Kanawa, kami menolak untuk melakukan snorkeling karena melihat lokasi yang agak ramai dan memutuskan di sekitar manta point tapi ternyata di manta point arus air lautnya deras membuat kami tidak berani berlama-lama. Perjalanan pun dilanjutkan ke Gili Lawa dan kami tiba sore hari. Di pantai Gili Lawa telah ada beberapa kapal yang menambatkan perahunya di sini, yang berarti mereka akan menginap di sini. 

Perjalanan mendaki Gili Lawa Darat pun dimulai tanpa ada persiapan yang matang dan petunjuk dari sang guide mengenai medan yang akan dilalui. Ternyata jalan mendaki ke puncak Gili Lawa cukup terjal. Beberapa teman ada yang tidak melanjutkan hingga puncak. Untung aku membawa air dan tisu walaupun hanya dibawa menggunakan kantong kresek. Rasa lelah pun terbayar dengan pemandangan yang luar biasa cantik ditambah sunset yang sebentar lagi akan muncul. Dari Puncak Gili Lawa Darat, gugusan pulau-pulau sekelilingnya berwarna hijau karena kami datang di musim peralihan namun jika datang di musim kemarau maka rumput-rumput tersebut berwarna kuning atau bahkan bukit-bukit tersebut terlihat kering. Memang untuk mendapatkan suatu keindahan yang super kece harus melalui perjuangan yang berat.

















Untuk kembali ke kapal, jalan yang digunakan bukanlah jalan yang sama ketika kami naik tapi menggunakan jalan lain yang lebih landai walaupun mungkin agak sedikit lama. Sunset pun perlahan menghilang, langit berubah gelap. Kami berjalan dalam gelap karena guide tak memberitahukan kami jika harus bawa senter padahal senter ada di tas di kapal #huufffttt. Aku dan beberapa teman termasuk berjalan paling dahulu dari rombongan dan guide menemani teman-teman yang masih berjalan di belakang.  Berjalan dalam gelap hanya sinar cahaya rembulan yang menerangi ditambah jalan setapak yang menurun dan sedikit berpasir membuat kami beberapa kali terpeleset.

Akhirnya pendakian Gili Lawa Darat pun tuntas, kami melanjutkan perjalanan menuju Desa Komodo di Pulau Komodo. Di sinilah kami menginap di rumah penduduk. Entah jam berapa kami mendarat di Pulau Komodo karena sempat berhenti lama di perairan karena sesuatu hal. Kami sempat resah karena tidak tahu apa sebenarnya yang menyebabkan perhentian ini. Kami dilarang menyalakan hp karena cahaya hp menghalangi sang nahkoda. Kami hanya pasrah menunggu instruksi selanjutnya dari sang nahkoda. Hati pun lega ketika kapal melaju kembali dan kami pun tiba di Pulau Komodo dengan kondisi air laut sedang surut di dermaga Pulau Komodo.