Tampilkan postingan dengan label Sunset Bukit malimbu. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Sunset Bukit malimbu. Tampilkan semua postingan

AIR TERJUN SENDANG GILE DAN TIU KELEP YANG SUPER KECEH


Perjalanan trip hari ini adalah air terjun Sendang Gile dan Tiu Kelep. Perjalanan ke air terjun Sendang Gile membutuhkan waktu sekitar 3 jam dari kota Mataram. Untuk menuju tempat wisata ini disarankan untuk menggunakan kendaraan pribadi atau menyewanya karena kendaraan umum di Lombok tidak banyak dan sepertinya juga tidak ada kendaraan umum yang sampai ke tempat ini. Kami pun tiba di area parkir wisata air terjun Sendang Gile dan Tiu Kelep dan kami pun langsung menikmati makan siang yang telah disediakan oleh panitia. Di area parkir ini terdapat fasilitas yang sederhana yaitu tempat penginapan, toilet, warung makan dan musholla.

Air terjun Sendang Gile terletak di kawasan desa Senaru kecamatan Bayan kabupaten Lombok Utara dan masih berada dalam kawasan Taman Nasional Gunung Rinjani. Air terjun Sendang Gile berasal dari mata air di Gunung Rinjani yang sejuk dan alami. Untuk menuju air terjun Sendang Gile dari tempat parkir membutuhkan perjalanan sekitar 15 menit menuruni ratusan anak tangga bagi mereka yang masih muda, bagi yang sudah berusia jauh dari muda hehehee........mungkin bisa lebih dari 15 menit. Jangan lupa untuk membawa air minum dan mungkin sedikit makanan kecil karena perjalanan yang akan membutuhkan tenaga extra. Tapi jangan lupa juga ya.......untuk tidak membuang sampah sembarangan karena keindahan ini harus bisa diteruskan ke anak cucu kita. 

Air terjun Sendang Gile memiliki dua tingkatan, tingkatan pertama muncul dari atas tebing dan jatuh ke dasar kolam yang berada di bawahnya dan tingkatan kedua berasal dari air di kolam tersebut dan jatuh ke bawah membentuk sungai di bawahnya. Air terjun ini memiliki ketinggian sekitar 31 meter dari dasar sungai  dan sekitar 600 meter di atas permukaan laut.


 Salah satu penginapan yang terletak dekat dengan air terjun Sendang Gile & Tiu Kelep












Dari air terjun Sendang Gile perjalanan dilanjutkan menuju air terjun Tiu Kelep. Air terjun Tiu Kelep terletak beberapa kilometer dari air terjun Sendang Gile dan jalan yang dilalui lebih menantang, melalui jalan kecil yang berada di samping sungai kecil, jalan setapak yang naik turun dengan pepohonan yang rindang, melalui aliran air sungai yang airnya begitu dingin dan cukup deras serta membutuhkan waktu sekitar 45 menit. Sungguh perjalanan menuju air terjun Tiu Kelep ini cukup melelahkan tapi setibanya di TKP, sumpahhhh........lelah itu terbayar semua. Air yang terjun sungguh deras dan besar serta terdiri dari beberapa air terjun yang bertingkat dan berhimpitan. Air terjun Tiu kelep memiliki ketinggian sekitar 42 meter dan di bawahnya terbentuk kolam yang tidak terlalu dalam, hanya setinggi pinggang orang dewasa serta memungkinkan orang untuk berenang. Dalam bahasa sasak, Tiu berarti kolam dan Kelep berarti terbang, dalam arti bebasnya adalah kolam tempat buih-buih air beterbangan.

Melihat indahnya pemandangan dan kolam air yang sejuk menarik kami untuk segera bermain air. Sayangnya aku tidak membawa pakaian ganti karena dari awal memang tidak ingin bermain air di air terjun tapi setelah melihat air terjun ini, ada sedikit penyesalan tidak bawa pakaian ganti, asli mupeng abis pengen nyebur ke kolam yang berada di bawah air terjun Tiu Kelep. 












Puas bermain air, kami pun harus kembali, aku sudah membayangkan jalan yang harus kami lalui, jalan yang terus menanjak.....puuffttt tapi alhamdulillah di tengah perjalanan ternyata ada jalan pintas yang bisa menghemat tenaga kami. Jalan pintas tersebut adalah aliran irigasi yang berupa gorong-gorong yang gelap yang entah berapa meter panjangnya. Sebelum sampai ke gorong-gorong tersebut, kami harus melewati sebuah jembatan berlubang yang bawahnya merupakan saluran irigasi dengan aliran air yang cukup deras. Di jembatan berlubang ini beberapa teman sempat bermain ala-ala waterpark yaitu sebelum melewati jembatan berlubang tersebut beberapa teman turun ke dalam irigasi jembatan kemudian posisi duduk dengan kaki selonjoran ke depan maka ketika tangan sudah berlepas dari pegangan secara otomatis tubuh akan terdorong oleh aliran air irigasi yang begitu deras dan tentu saja di ujung jembatan telah menunggu teman-teman lain yang membantu untuk memberhentikannya atau membangunkannya dari posisi duduk tersebut. 

Permainan yang sungguh seru dan bagi yang sudah mencobanya ternyata tidak cukup hanya 1x melakukannya. Kemudian perjalanan pun dilanjutkan dengan melalui gorong-gorong tersebut yang entah panjangnya berapa meter dengan kondisi gelap gulita hanya dengan diterangi oleh cahaya yang dihidupkan dari hp, dasar gorong-gorong yang berlubang, air setinggi lutut dan terkadang sepaha.......puuffttt cukup menegangkan. 




Dari desa Senaru ini, perjalanan dilanjutkan ke Bukit Malimbu untuk menikmati sunset. Jalur menuju Malimbu ini akan melewati daerah Pemenang yaitu suatu daerah yang menjadi pemberhentian jika anda ingin menuju Gili Trawangan. Dari Pemenang ini anda bisa melanjutkan perjalanan menuju Pelabuhan Bangsal untuk melakukan penyebrangan ke Gili Trawangan, Gili Air dan Gili Meno. Akhirnya kami pun tiba di Bukit Malimbu di saat yang tepat. 




bersambung

SUNSET DI BUKIT MALIMBU

Previous post Senggigi - Gili Trawangan

Di hari ke tiga ini, rencana perjalananku berubah, aku lebih memilih hanya berada di Mataram dan sekitarnya. Setelah sarapan, kami memutuskan untuk ke rumah singgah untuk mengambil ransel yang kami titipkan kemarin. Di rumah singgah, kami banyak mengobrol dengan mamak dan bapak. Berdasarkan cerita mamak, rumah singgah ini baru didirikan 11 bulan yg lalu (dihitung dr bln Agustus14 mundur ke bulan2 sebelumnya) tapi ketenarannya......wow sdh banyak backpacker dr luar pulau Lombok yang menginap di sini termasuk backpacker dari luar negeri. Sebelum mamak memutuskan untuk membuka rumah singgah, beliau melakukan shalat malam (istikharah ato tahajud ya......hehehe lupa....) hampir seminggu lamanya. Mamak bilang beliau tidak pernah memilih-milih tamu, dari daerah dan agama mana pun beliau membuka pintu rumahnya untuk siapa pun. Ikhlas itulah modal pertama membuka rumah singgah. Subhanallah......salut untuk mamak dan bapak yang sudah memberikan manfaat untuk orang lain. Semoga mamak & bapak selalu diberi kesehatan, dimudahkan rezekinya dan barokah selalu.....amiin......berharap bisa ke Lombok lagi.




Setelah berbincang-bincang dengan mamak, bapak & teman2 backpacker yang ada di rumah singgah, kami mencari oleh-oleh di toko phoenix. Namun oleh-oleh yang kami beli pun tidak banyak secara dana pas2an hehehehe tapi kenapa ya orang indonesia itu kalo jalan-jalan selalu ditanyain oleh-oleh? dijawab masing-masing ya......selesai membeli oleh-oleh, kami mampir makan di rumah makan (kalo gak salah sate rembiga ya namamya hehehe.....). Di sini kami memesan 1 porsi sate rembiga, 1 porsi ayam sambal pedas, plecing kangkung, es teh manis, air mineral dan krupuk ceker dengan total 55ribu rupiah. Tapi yang paling enak ya....sate rembiganya. Sate rembiga yaitu sate sapi modelnya sih mirip dengan sate sapi suruh (Suruh adl nama desa di dekat Terminal Tingkir Salatiga) tapi rasa agak beda dikit.

Selesai makan, perjalanan pun dilanjutkan ke penginapan sekalian check out dan mengembalikan motor. Rencananya sore ini kami akan pindah penginapan yaitu ke hotel *ict**, sebuah hotel melati dan harganya murah, 150rb sudah ada AC, tv. Penginapan yang baru ini, kami baru cari tadi pagi sebelum pergi ke rumah katanya sih normalnya 450rb.....hehehe gak tau jg sih emang bener harga aslinya segitu atau buat narik gue sama suami aja. Dan setelah lihat kamarnya, suami memilih yang versi 3 padahal yang versi 2 aja udah lumayan bagi gue, cuma gak ada hot waternya......biasa juga mandi pake air dingin, lumayan bok 50rb /mlm, 2 mlm kan hemat 100rb......hahaha....di hotel ini pun kami menyewa motor tapi bukan hotel langsung yang menyewakan karena kami harus menunggu si pemilik motor datang bersama motor yang akan kami pakai.






Dengan motor, kami pun kembali jalan menuju bukit Malimbu, kami ingin menikmati sunset di bukit Malimbu.











Sayangnya, sunset sore ini tidak begitu sempurna, langit sedikit berawan menutupi sang matahari yang akan terbenam. Di antara awan yang menghalanginya, masih ada sedikit sinar yang bisa menerobos di antara celah-celah awan. Hari pun makin gelap, kami pun segera meninggalkan Bukit Malimbu. Perjalanan kembali dari bukit Malimbu - Mataram, kami pun mampir makan jagung bakar yang banyak tersedia di pinggir jalan dan duduk menghadap pantai sebelum wilayah pantai senggigi. Namun karena sudah gelap maka pemandangan pantai pun tidak terlihat, sedang asyiknya makan tiba-tiba listrik mati......hehehe....Jagung bakar pun habis kami santap, kami pun melanjutkan perjalanan ke kota Mataram.

Next post Pantai Kuta, Tanjung Aan dan Pantai Seger