THE LODGE MARIBAYA DAN FARMHOUSE - BANDUNG

Sebenarnya perjalanan ke Bandung ini sudah lama tapi belum sempat untuk corat-coret di blog tercinta ini. Tanggal 3 Juni 2016, kami bertujuh yang tergabung dalam divisi PPIC (payroll, pension and internal control) punya acara "away day" ke Bandung, akhirnya jalan-jalan gretong...... Alhamdulillah perjalanan Jakarta - Bandung termasuk lancar, kumpul di kantor yang terletak di daerah Gatot Subroto. Tujuan pertama adalah The Lodge Maribaya, sebuah tempat wisata yang masih baru di daerah Lembang. Setibanya kami di sana, masih belum terlihat ramai sehingga kami masih memiliki kesempatan untuk bernarsis ria, merasakan kesejukan udara dan memandang hijaunya hutan pinus dari sebuah ketinggian. The Lodge Maribaya juga menyediakan glamping (glamour camping). Hari semakin siang dan perut pun sudah mulai bernyanyi ria, kami pun menikmati makan siang di resto yang terdapat di The lodge dan ternyata untuk harganya termasuk murah menurut kami.













Perut telah istirahat, waktunya meneruskan ke tujuan berikutnya yaitu Farmhouse. Farmhouse merupakan wahana wisata ala eropa. Tiket masuk farmhouse dapat ditukar dengan 1 cup susu atau 1 sosis bakar. Di dalam farmhouse ada rumah hobbit ala negeri New Zealand, kostum ala eropa yang dapat disewa.























Artikel menarik lainnya
Jalan Murah Ke Jepang
Indahnya Labuan Bajo
Tebing Breksi - Yogyakarta
Bukit Jaddih & Bukit Pelalangan Nan Indah

ASAKUSA & HARAJUKU - TRIP MURAH KE JEPANG

Cerita sebelumnya Universal Studio Jepang

Sekitar jam 07.30 pagi kami pun tiba di stasiun Shinjuku yang merupakan stasiun terbesar di Tokyo, hari ketiga kami di negeri Sakura tepatnya di Tokyo 9 Agustus 2016. Sebelum melanjutkan perjalanan  ke penginapan dalam rangkaian trip murah ini, kami mencari loker dan menanyakan halte willer bis untuk keberangkatan besok malam menuju Kyoto karena di Tokyo hanya 2 hari 1 malam. Perjalanan pun dilanjutkan dengan menggunakan kereta JR menuju stasiun Koenji. Ternyata jalur kereta di Tokyo lebih rumit dari Osaka, kami sempat bingung memilih jalur kereta yang harus kami tumpangi walaupun sebelumnya kami sudah bertanya pada seorang wanita lokal karena dalam 1 jalur terdapat lebih dari satu kereta yang lewat dengan tujuan akhir yang berbeda. Untuk bisa berhenti di stasiun Koenji maka kami harus naik kereta yang memiliki tujuan akhir Mitaka dan ini bisa dilihat di display yang terdapat di lokomotifnya. Namun setibanya di stasiun Koenji, kami belum bisa check in karena dari hasil nego kami dengan pemilik penginapan, kami diperbolehkan check in lebih awal di jam 10 pagi dan check out jam 8 pagi sehingga kami pun menunggu di stasiun sampai jam 09.30.


Pemandangan dari stasiun Koenji

Alhamdulillah perjalanan menuju penginapan tidak nyasar seperti saat di Osaka. Penginapan kali ini bukan di apartemen tapi sebuah rumah kecil yang hanya terdiri 1 ruangan tanpa sekat, dapur, toilet, kamar mandi serta model tempat tidur tatami sehingga ketika tatami dilipat, ruangan terasa lebih luas. Ketika kami tiba di penginapan, kami masih bertemu dengan pria sang pemilik yang dilihat dari wajah dan bodynya merupakan perpaduan antara Jepang dan Eropa. Di dalam rumah tertulis tata tertib selama tinggal di tempat tersebut, salah satunya adalah dilarang berisik atau gaduh dan sang pemilik juga menginformasikan jika ada tetangganya yang bertanya tentang kami, katakan kalau kami adalah teman sang pemilik rumah bukan menyewa dari Airbnb karena ternyata orang-orang jepang tidak suka jika di lingkungannya ada rumah yang disewakan melalui Airbnb. Aktivitas pertama yang dilakukan ketika tiba di penginapan selain beristirahat adalah langsung mencuci baju karena melihat ada mesin cuci, tentunya setelah mendapat ijin dari sang pemilik termasuk ijin untuk menggunakan deterjennya. 

Selesai makan siang dan cuci baju, kami pun melanjutkan perjalanan menuju Asakusa dengan tujuan pemberhentian stasiun Asakusa. Setibanya di gerbang Asakusa, kami pun mencari spot untuk berfoto, sore itu Asakusa cukup ramai. Bersamaan itu pula kami mendengar seseorang yang menyapa kami dengan menggunakan bahasa Indonesia. Kami pun mencari suara itu yang ternyata warga Jepang yang berprofesi sebagai penarik "Jinrikisha" atau becak ala Jepang yang ditarik dengan tenaga manusia. Asakusa terletak di pinggir kota Tokyo namun tempat ini banyak diminati oleh wisatawan baik asing maupun lokal. Selain kuil, di Asakusa ini juga terkenal dengan tempat belanja oleh-oleh yang murah.  Untuk mencari oleh-oleh di sini lebih baik cek harga dahulu di beberapa toko jika memang masih memiliki waktu yang banyak. Di sekitar Asakusa pun terdapat 1 toko oleh-oleh yang katanya halal yang bernama Don Quijote dan kami pun berkunjung ke sana. Menurutku toko ini tidak terlalu spesifik menjual oleh-oleh halal. Untuk oleh-oleh makanan produksi negeri sakura rata-rata belum ada logo halal dan ketika menemukan makanan yang berlogo halal ternyata diproduksi oleh negara lain. Ketika mencari toko Don Quijote, kami bertemu dengan rombongan anak remaja yang berpakaian kimono, saat yang tepat bagi kami untuk meminta foto bersama dan ternyata mereka pun meminta foto lagi dengan menggunakan hp mereka, wahyu senangnya bisa mengabadikan moment ini. Selesai berbelanja kami mencari restauran Naritaya yang merupakan restauran ramen halal di Asakusa. Harga termurah dari menu di Naritaya pada saat kami berkunjung adalah 1000 yen. 






















Lokasi di sekitar restauran Naritaya





Dari Asakusa, perjalanan dilanjutkan ke Harajuku. Harajuku adalah sebutan populer untuk kawasan di sekitar stasiun JR Harajuku sampai Omotesando, distrik Shibuya, Tokyo. Area ini banyak dipenuhi oleh pertokoan, butik dan kafe. Kawasan ini terkenal sebagai tempat anak-anak muda berkumpul, lebih tepatnya di sepanjang jalan Takeshita. Ketika berjalan-jalan di kawasan Harajuku ini, kami menemukan toko Daiso yang menjual barang cukup murah, hampir sebagian besar harganya berkisar di 100 yen. 













Cerita berikutnya Disneyland & Shibuya

UNIVERSAL STUDIO JEPANG - TRIP MURAH KE JEPANG

Cerita sebelumnya Dotonburi - Osaka

Hari ke 2 di Osaka, tujuan hari ini adalah Universal Studio Jepang. Sekitar jam 7.30 kami check out dari penginapan langsung menuju Universal Studio Jepang yang jaraknya tidak terlalu jauh dari tempat kami menginap. Untuk tiket USJ telah kami pesan jauh-jauh hari dan ternyata jika dipesan jauh-jauh hari akan mendapatkan diskon, kalo tidak salah sekitar 20%......lumayan kan boooo..... Ini salah satu upaya untuk memangkas pengeluaran agar perjalanan ke Jepang ini menjadi liburan yang murah. Dari stasiun Nishinagahori menuju stasiun Nishikujo yang hanya berbeda 2 stasiun kemudian dilanjutkan naik kereta jurusan Universal City yang hanya berjarak 2 stasiun. Setibanya di USJ kami langsung mencari loker dan alhamdulillah masih dapat loker ukuran besar dengan harga 500 yen per loker. Jika tidak memiliki koin maka di dekat sekitar loker terdapat mesin penukar koin.....tengok kanan kiri aja...jangan seperti kami yang mencari koin dengan cara belanja di sevel terdekat yang ternyata antrinya....warbiasa.....hahaha. Hari itu USJ begitu penuh oleh para pengunjung yang kebanyakan adalah warga Jepang walaupun ini adalah hari senin. Ternyata tanggal-tanggal kunjungan kami ke Jepang ini merupakan liburan anak sekolah yang berarti high season ditambah pula ini merupakan musim panas. 










Tujuan pertama kami di USJ adalah wahana Harry Potter yang hanya ada di Jepang. Sebelum masuk wahana, kami harus antri untuk mengambil antrian waktu. Antrian waktu adalah antrian yang menunjukkan kepada pengunjung jam berapa bisa masuk antrian wahana Harry Potter. Walaupun menggunakan antrian waktu ternyata antrian wahana Harry Potter benar-benar mengular panjang. Kami antri dari jam 09.45 waktu osaka dan baru masuk ke wahana Harry Potter sekitar jam 11.15. Sedangkan untuk menikmati wahana Harry Potter mungkin hanya sekitar 10 menit. Untuk wahana 4D Harry Potter, saya akui keren abissss, cuma antrinya yang puanjaanggg....hufffttt....#lelah. Entahlah jika di luar bulan Agustus dan di luar hari sabtu/minggu, apakah antrian akan mengular sepanjang itu. 




antrian di wahana Harry Potter

sambil antri, ajak warga lokal wefi









Setelah keluar dari wahana Harry Potter, kami keluar masuk toko, melihat-lihat dan sedikit berbelanja, tentu jika harganya sesuai dengan kocek kami. Hanya 1 wahana yang kami masuki selain Harry Potter yaitu Terminator 3D, itu pun karena kami melihat antriannya yang sepertinya cukup sepi. Walaupun cukup sepi tapi kami menunggu cukup lama untuk akhirnya bisa menonton 3D ini. Ketika kami sedang mengantri, keluar parade, kami hanya bisa melihatnya tanpa bisa mengabadikan momen tersebut. Ternyata cukup membosankan memasuki wahana ini karena diawali dengan pembukaan oleh seorang wanita jepang dan tentu dengan bahasa Jepang yang kami tidak mengerti dengan posisi berdiri pula. Sebenarnya wanita ini cukup lucu juga melihat respon warga lokal yang tertawa menontonnya tapi bagi kami.....aahhhh. Akhirnya kami pun masuk untuk menonton atraksi 3D Terminator namun karena suasana yang dingin justru membuat aku dan beberapa teman tertidur.....lumayan...kami lelah kakak. Hanya 2 wahana itu saja yang kami masuki di USJ karena kami lelah jika harus antri lama lagi.




















Warga lokal yang mengunjungi USJ sangat antusias sekali. Banyak beberapa pengunjung yang datang dengan menggunakan dress code. Bahkan beberapa dari mereka menggunakan pakaian yang modelnya lucu-lucu. Rombongan keluarga dengan pakaian seragam, pasangan kekasih pun menggunakan pakaian dengan corak yang sama. Sebagai seorang muslim tentunya kami tidak melupakan kewajiban untuk beribadah yaitu melakukan shalat. Kami mendatangi kantor kecil yang merupakan tempat pelaporan jika ada orang atau barang milik pengunjung USJ yang hilang. Kami bertanya apakah ada prayer room atau bolehkah kami menggunakan nursering room untuk sholat. Alhamdulillah keinginan kami ini disambut baik oleh pegawai USJ, kami diberikan sebuah ruangan yang seperti ruang tamu untuk bisa melakukan sholat. Sekitar jam 6 sore kami keluar dari USJ, kami mencoba mencari makan di sekitar Universal Citiwalk. Kami menemukan sebuah kedai yang hanya menjual olahan ayam dengan harga murah dan tentunya porsinya pun kecil sekali.





Kemudian kami melanjutkan perjalanan menuju halte willer bis dengan berjalan kaki karena jaraknya yang dekat dari USJ. Ternyata lokasi halte willer bis terdapat di sisi lain dari pintu masuk USJ dan kami pun istirahat di kursi yang terletak di area USJ sambil menikmati onigiri dan menanti kedatangan willer bis. Tiket Willer bus ini telah kami pesan jauh-jauh hari karena kami datang saat high season. Ketika memesan tiket Willer bus akan diminta no telp dan ternyata ini hanya bisa diisi dengan no telp Jepang maka aku pun mengisi dengan menggunakan no telp penginapan di daerah yang dituju. Sekitar jam 8 malam kurang kami melihat kedatangan Willer bis dan kami pun segera beranjak menuju halte bis tapi belum juga kami sampai di halte, kami melihat willer bis pergi meninggalkan halte. Tentu saja kami langsung panik sambil berlari-lari mengejar tapi tetap saja tidak terkejar. Kami pun langsung menghampiri seorang bapak tua berseragam yang kami anggap petugas, bertanya kepadanya dengan menunjukkan email bukti pemesanan willer bis tujuan Tokyo. Ternyata si bapak tidak bisa berbahasa Inggris.....hufftt.....kami pun komunikasi hanya menggunakan bahasa tubuh, yang penting nyambung walaupun beberapa kali miscom juga. Si bapak pun bantu telp ke kantor willer bis dengan hp beliau tapi ini kan sudah malam, jelas aja gak ada yang angkat. Tentu saja situasi ini membuat kami tambah panik dan teman-teman pun bertanya-tanya, "trus gimana? Kita mau nginap dimana kalo ternyata kita udah ketinggalan bis."

Kami pun terus berkomunikasi dengan si bapak mempertanyakan keadaan kami dan si bapak pun memberikan jawaban yang tidak memuaskan. Di saat aku putus asa dan tidak mengerti akan penjelasan dari si bapak, aku baru tersadar, kenapa aku tidak mencoba bertanya dengan anak muda yang juga sedang menunggu bis dan mungkin bisa berbahasa inggris. Ketika ku tanya, "Apakah bisa berbahasa inggris? " dan jawabnya, "bisa tapi sedikit." Dalam hati pun menjawab,"ok, sama akyu juga sedikit bisanya....hehehehe." Akhirnya kami bertiga pun berkomunikasi dan ternyata willer bis yang akan kami tumpangi memang belum datang karena memang jadwal keberangkatannya adalah jam 11 malam dan ternyata si bapak salah mengerti. Padahal di email yang ditunjukin ke beliau sudah jelas jamnya tapi dia kasih infonya kalau kami ini sudah ketinggalan bis....huffttt....dan beliau meminta kami untuk tetap menunggu di tempat ini, dalam hati berkata,"ya iyalah akan sayah tunggu di sini, siapa yang mau ada drama lagi." #Inilahperjuanganketigadinegerisakura. Akhirnya bis yang kami tunggu pun tiba dan si bapak menghampiri kami kembali seraya mengucapkan selamat jalan dan selamat bersenang-senang #terjemahanversisayah secara  juga gak ngerti ngomong opo si bapak dan kami pun menjawab,"thank you very much pak."



Dalam perjalanan menuju Tokyo, Willer bus sempat berhenti di rest area mungkin sekitar 3 atau 4x, jumlah yang cukup banyak jika dibandingkan angkutan AKAP di Indonesia dengan lama perjalanan sekitar 7 - 8 jam. Ketika berhenti di rest area, aku sempat 2x turun menuju rest room dan toilet di sana pun bersih-bersih dan bagus-bagus. Kelebihan dari Willer bus ini ada penutup kepala seperti foto di atas dan setiap kursi terdapat colokan listrik, yang duduk di samping jendela maka colokan listrik akan menempel di dinding bis sedangkan bagi yang duduk di sisi lorong maka colokan listrik ada disamping kiri/kanan kursi di sisi lorong.

Cerita berikutnya Asakusa dan Harajuku - Tokyo