MAIN SALJU DI ULUDAG BURSA - TRIP HEMAT KE TURKI

12 Februari 2018

Hari ini bukanlah hari pertama kami di Turki tapi entah kenapa tangan ini ingin menulis cerita ini terlebih dahulu. Kami sudah janji ketemuan dengan guide jam 8 di taksim meydan walaupun akhirnya molor sedikitlah. Tujuan hari ini adalah ke gunung Uludag - bursa, ceritanya mau main salju...hehehe....gaya banget dah. Dari taksim kami naik furnicular lanjut tram dengan pemberhentian stasiun Sirkeci bisa juga turun di stasiun Eminonu. Kemudian perjalanan dilanjutkan dengan dengan naik ferry BUDO (Bursa Deniz Otobusleri) dengan harga tiket 29 TL yang dibeli di dermaga Eminonu dengan jam keberangkatan jam 10.45. Berhubung masih 1,5 jam lagi keberangkatan ferrynya, kami diajak jalan-jalan ke spice bazar dulu yang letaknya hanya berseberangan dengan stasiun Eminonu. Pagi ini cuaca sedikit mendung dan sempat juga turun hujan walaupun hanya gerimis. Kami pun sempat membeli roti simit sebagai pengganjal perut walaupun sebelumnya sudah sarapan dengan xxxxmie.



Dermaga Eminonu


Tiket ferry BUDO

Perjalanan menuju bursa dengan ferry memakan waktu kurang lebih sekitar 2 jam dan kami nikmati dengan tidur pulas karena kapal ferry BUDO sangat nyaman. Setibanya di dermaga Mudanya - Bursa, transportasi selanjutnya adalah bis dengan no F3. Untuk naik bis ini harus beli tiket dahulu dengan harga 8 TL  dan tempat pembeliannya ada di seberang dermaga. Tiket diberikan dalam bentuk kartu dan kartu ini di tap di dalam bis ketika naik. Mesin tap ini berbentuk monitor kecil. Dari dermaga Mudanya membutuhkan perjalanan sekitar 1 jam ke Teleferik - Bursa. Untuk bis dari dermaga Mudanya menyesuaikan jadwal dari ferry. Bis F3 akan berhenti langsung di depan Teleferik - Bursa. Untuk naik teleferik biayanya adalah 57 TL sampai ke pos pemberhentian ke 3 jika ingin bermain ski sedangkan pos pemberhentian ke 2 tidak bisa digunakan untuk bermain ski, di pos ini pengunjung hanya bisa untuk berfoto ria dan tiket ini tidak boleh hilang sampai keluar dari Teleferik kembali.


di dalam kapal ferry

Tiket bis dari Dermaga Mudanya ke Teleferik


Tiket naik Teleferik dan sekaligus gunung Uludag


Sebelum masuk ke teleferik, kami mengisi perut dahulu di cafe yang dekat dengan pintu masuk. Cafe ini sepi sekali karena memang jam buka biasanya adalah sore sehingga makanan yang tersedia pun hanya beberapa menu. Kami memesan 1 porsi kentang goreng dan ternyata ini porsi besar, 3 martabak, 2 roti panggang (lupa namanya) yang isinya kalau tidak salah adalah pepperoni dan beberapa gelas teh dan 1 air mineral dengan jumlah total 71 TL. Tujuan awal kami ke sini adalah main ski tapi berhubung suhu yang sangat dingin dan waktu juga sudah terlalu sore karena kami masuk ke Teleferik sekitar jam 14.30, cukuplah bagi kami berfoto saja. Saat berfoto ria tak terasa turun hujan salju, kami pun masuk ke cafe untuk menghangatkan tubuh dan sekedar minum segelas cay (teh) dengan harga 6 TL per gelas.
























Waktu sudah semakin sore, kami pun harus kembali ke istanbul. Kami harus mengejar ferry Budo jam 19.00 namun apadaya bis F3 yang kami tunggu-tunggu tidak datang jua, entah terjebak macet atau memang sudah lewat. Berdasarkan info yang didapat oleh guide kami dari seseorang yang menjual tiket bahwa bis F3 untuk jadwal terakhir belum datang. Akhirnya perjalanan kami lanjutkan dengan turun naik bis dengan membeli Bursa card dengan harga 48 TL dengan tujuan terminal ferry IDO (Istanbul Deniz Otobusleri) yaitu Guzelyali dan berakhir di dermaga Yenikapi - Istanbul dengan jadwal keberangkatan jam 21.00. Tiket IDO ini, kami beli dengan harga 28 TL.




Tiket kapal ferry IDO 


Jadwal kapal ferry IDO

Kepulangan kami ke Istanbul tanpa ditemani sang guide namun kami diberi petunjuk setelah tiba di dermaga Yenikapi menuju metro Yenikapi. Dari metro yenikapi naik metro dengan tujuan akhir Haciosman (dibaca Hajiosman) dan turun di Taksim. Ketika kami menunggu kereta di metro yenikapi sempat deg-degan juga karena stasiun yenikapi terlihat sepi namun beberapa menit kemudian akhirnya metro yenikapi juga ramai oleh para calon penumpang. Beruntungnya menginap di Taksim adalah walaupun tiba di Taksim sekitar tengah malam namun tidak terasa sudah tengah malam karena memang taksim salah satu area yang ramai oleh orang-orang sampai larut malam.

PANORAMA CANTIK UMBUL SIDOMUKTI UNGARAN

Cuaca yang tidak begitu panas menemani kami pergi ke terminal bis untuk membeli tiket bis raya jurusan solo walaupun tujuan kami sebenarnya adalah Semarang. Cukup 1 tiket yang kami beli karena satunya lagi ini dapatkan dari hasil menukar 15 tiket yang telah kami kumpulkan selama 1 tahun lamanya. Bulan Februari 2017 ini, batas terakhir kami untuk bisa menukar tiket maka tanpa rencana apa pun, kami memutuskan untuk refreshing sejenak ke Semarang. Perjalanan pun di mulai dari terminal Pondok Cabe sekitar jam 4 sore. Walaupun tujuan kami adalah Semarang, kami memutuskan untuk turun di Salatiga karena waktu yang masih begitu malam jika kami harus turun di Semarang. Kami habiskan pagi dinihari itu di terminal Tingkir kemudian lanjut mampir ke Desa Suruh sekedar bersilaturahmi dengan keluarga dan bersih-bersih. 

Sekitar jam 10.00, kami pun melanjutkan perjalanan menuju Semarang dan tiba di Semarang sore hari. Setelah check in di penginapan yang terletak di jalan Pandanaran, kami pun segera mengambil motor sewaan yang terletak di sekitar kantor pajak pratama Semarang. Dilanjutkan dengan mencari makan karena perut kami yang sudah berdangdut ria,muter-muter cari makanan, akhirnya pilihan jatuh ke rumah makan Padang #huffttt. Sedangkan malam harinya kami mencoba Es Puter Cong Lik yang terkenal di Semarang kemudian dilanjutkan muter-muter kota Semarang sampai ke sudut-sudut kota yang sepi. Lelah pun menerpa dan kami putuskan untuk kembali ke penginapan.

Hari kedua di Semarang, kami putuskan untuk pergi ke Ungaran. Dalam perjalanan hujan pun turun sehingga mengharuskan kami untuk berteduh. Perjalanan pun dilanjutkan walaupun hujan rintik-rintik menyertai perjalanan ini. Tempat wisata yang kami tuju di Ungaran ini adalah Tempat wisata Umbul Sidomukti. Jalur menuju Umbul Sidomukti masih satu jalur dengan Candi Gedong Songo kemudian akan ada petunjuk untuk berbelok ke kanan yang mengarah ke Umbul Sidomukti. Jalan menuju Umbul Sidomukti terus menanjak dan hawa dingin mulai menyusup ke tubuh. 

Umbul Sidomukti terletak di lereng gunung ungaran  sekitar 1200 mdpl yang diapit oleh dua buah jurang. Tiket masuk wisata Umbul Sidomukti 10.000/org untuk hari sabtu, minggu dan tanggal merah sedangkan hari biasa 5.000 rupiah. Di tempat ini terdapat kolam renang yang bertingkat yang memiliki pemandangan cantik. Namun untuk masuk ke kolam renang ini akan ada tiket masuk lagi. Awalnya aku ingin masuk sekedar untuk mengambil foto tapi melihat pengunjung yang ramai maka aku batalkan dan aku putuskan untuk ke Pondok Kopi Sidomukti. Pondok Kopi ini adalah seperti sebuah kafe namun sepertinya kopi yang disajikan tidak memiliki citra rasa tersendiri dan makanan yang dijual pun terasa biasa saja, hanya pemandangannya yang luar biasa. Hari sudah menunjukkan siang dan sesekali hujan turun sehingga hawa dingin terus menusuk tubuh ditambah tiupan angin yang terkadang kencang. Ketika langit cerah, kami pun segera meninggalkan area Umbul Sidomukti. Selain kolam renang, Pondok Kopi masih ada beberapa tempat wisata di sana seperti outbond dan penginapan.
























PESONA PULAU KANAWA DAN GILI LAWA - LABUAN BAJO

Cerita sebelumnya Bukit Sylvia - Labuan Bajo

Jam alarm HP berbunyi menunjukkan waktu subuh, rasa malas masih menghinggapi tubuh yang ingin meneruskan mimpi. Namun apa daya, aku harus segera mandi sebelum teman-temanku mendahului. Selesai packing, kami segera menuju ruang makan hotel. Sarapan yang tersedia didominasi oleh pancake. 






Kami pun check out dari hotel menuju pelabuhan labuan bajo. Mobil dari pihak TO pun menjemput kami dan kami diturunkan di Dannys mart yang terletak di kampung ujung, tepat di seberang pelabuhan Labuan Bajo. Ternyata jarak antara penginapan ke kampung ujung dapat dijangkau dengan jalan kaki. Setelah berkumpul dan menyelesaikan administrasi dengan pihak TO, kami pun menuju kapal yang akan membawa kami menjelajah pulau-pulau di Taman Nasional Komodo selama 3 hari. Dari Labuan Bajo kami menuju Pulau Kanawa yang ditempuh kurang lebih sekitar 1 jam. Kami pun tiba di Pulau Kanawa sekitar jam 10 siang, dari kapal saja, pantai pulau ini terlihat indah. Pulau Kanawa merupakan sebuah pulau kecil yang dikelola oleh seorang warga negara asing berkebangsaan Italia. Di pulau ini terdapat Bungalow yang disewakan yang terletak di kaki bukit batu. Di sekitar pantai Kanawa terdapat kursi-kursi santai jika para tamu ingin berjemur tapi bagi para pengunjung yang tidak menginap maka jika ingin menggunakan kursi-kursi tersebut dikenakan biaya sekitar Rp.100.000. 




































Dari Pulau Kanawa berlanjut ke Manta point dan bersyukur kami bisa melihat manta point berkeliaran di sekitar kapal. Sayangnya kami lupa mengambil gambarnya karena begitu gembiranya bisa melihat mereka. Pada saat di Pulau Kanawa, kami menolak untuk melakukan snorkeling karena melihat lokasi yang agak ramai dan memutuskan di sekitar manta point tapi ternyata di manta point arus air lautnya deras membuat kami tidak berani berlama-lama. Perjalanan pun dilanjutkan ke Gili Lawa dan kami tiba sore hari. Di pantai Gili Lawa telah ada beberapa kapal yang menambatkan perahunya di sini, yang berarti mereka akan menginap di sini. 

Perjalanan mendaki Gili Lawa Darat pun dimulai tanpa ada persiapan yang matang dan petunjuk dari sang guide mengenai medan yang akan dilalui. Ternyata jalan mendaki ke puncak Gili Lawa cukup terjal. Beberapa teman ada yang tidak melanjutkan hingga puncak. Untung aku membawa air dan tisu walaupun hanya dibawa menggunakan kantong kresek. Rasa lelah pun terbayar dengan pemandangan yang luar biasa cantik ditambah sunset yang sebentar lagi akan muncul. Dari Puncak Gili Lawa Darat, gugusan pulau-pulau sekelilingnya berwarna hijau karena kami datang di musim peralihan namun jika datang di musim kemarau maka rumput-rumput tersebut berwarna kuning atau bahkan bukit-bukit tersebut terlihat kering. Memang untuk mendapatkan suatu keindahan yang super kece harus melalui perjuangan yang berat.

















Untuk kembali ke kapal, jalan yang digunakan bukanlah jalan yang sama ketika kami naik tapi menggunakan jalan lain yang lebih landai walaupun mungkin agak sedikit lama. Sunset pun perlahan menghilang, langit berubah gelap. Kami berjalan dalam gelap karena guide tak memberitahukan kami jika harus bawa senter padahal senter ada di tas di kapal #huufffttt. Aku dan beberapa teman termasuk berjalan paling dahulu dari rombongan dan guide menemani teman-teman yang masih berjalan di belakang.  Berjalan dalam gelap hanya sinar cahaya rembulan yang menerangi ditambah jalan setapak yang menurun dan sedikit berpasir membuat kami beberapa kali terpeleset.

Akhirnya pendakian Gili Lawa Darat pun tuntas, kami melanjutkan perjalanan menuju Desa Komodo di Pulau Komodo. Di sinilah kami menginap di rumah penduduk. Entah jam berapa kami mendarat di Pulau Komodo karena sempat berhenti lama di perairan karena sesuatu hal. Kami sempat resah karena tidak tahu apa sebenarnya yang menyebabkan perhentian ini. Kami dilarang menyalakan hp karena cahaya hp menghalangi sang nahkoda. Kami hanya pasrah menunggu instruksi selanjutnya dari sang nahkoda. Hati pun lega ketika kapal melaju kembali dan kami pun tiba di Pulau Komodo dengan kondisi air laut sedang surut di dermaga Pulau Komodo.